Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Berkenalan dengan "Wanita Sisa" dari China

8 Oktober 2021   12:41 Diperbarui: 8 Oktober 2021   12:46 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saran pun diberikan layaknya orangtua kepada anak-anaknya, "Tidak ada yang sempurna dalam hidup, tapi Anda akan penuh jika menikah."

Masih belum cukup dengan saran dan nasehat, kemarahan pun meruak. Jadilah sebuah kampanye pada 2007 yang mendiskreditkan kaum wanitanya; Seluruh wanita yang telah berusia 25 tahun dan belum menikah adalah Sheng-nu alias wanita sisa.

Konotasi ini setara dengan makanan sisa. Awalnya tampak menggiurkan, namun ketika semua sudah kenyang, tak ada lagi yang ingin menyentuhnya.

Stigma ini semakin diperparah dengan budaya di China. Anggapan umum mengatakan bahwa seorang wanita yang sempurna seharusnya mengurus suami dan melahirkan anak. Mereka yang "tersisa" adalah aib bagi keluarga.

Seperti dikutip dari sumber (liputan6.com), Chen adalah seorang wanita dengan karir yang bagus. Gajinya besar, dan sudah memiliki rumah sendiri. Namun, ia tidak sempurna karena usianya 38 tahun dan masih lajang.

Ibunya tidak mau membawanya ke acara pertemuan. Ia malu dengan aib putrinya. Ayahnya bahkan lebih kejam lagi. Ia tidak akan mengakui Chen sebagai putrinya jika tidak menikah sebelum usia 40.

Padahal sebagai wanita, Chen bukannya tidak ingin menikah. Ia hanya belum menemukan lelaki yang sesuai kriteria. Namun, itu bukan alasan yang bisa diterima oleh kedua orangtuanya. Kampanye pemerintah membuat mereka merasa benar untuk menyalahkan putri "pilih-pilihnya."

Sebagaimana layaknya sebuah negara maju, China menghadapai problema sosial yang sama di seluruh dunia. Ketika diusik negara, terjadilah bentrokan antara kenyataan sosial versus warisan budaya yang seharusnya sudah lapuk.

Stigma ini jelas sangat merugikan kaum perempuan negeri Panda. Padahal tidak sedikit wanita China yang bahagia dengan status mereka.

Sebuah video dengan tajuk "Leftover Women" mengisahkan dengan jelas tentang hal ini (sumber: kompas.com).

Alkisah tiga orang wanita yang berusia di atas 25 tahun. Mereka menumpahkan kekesalan terhadap gelar wanita sisa yang diberikan oleh negara. Betapa sulitnya hidup mereka agar tidak dipandang sebelah mata, hanya karena status lajangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun