Catatan: Tulisan ini mengandung spoiler. Jangan dibaca jika tidak berkenan.
Daya tarik utama dalam film The Medium adalah perpaduan dari dua sutradara ternama dua negara. Adalah Na Hong-jin dari Korea (The Wailing, The Yellow Sea), dan Banjong Pisanthanakun, Thailand (The Shutter, Pee-mak).
Ternyata nama besar tidak bohong. Film ini menyuguhkan tayangan horor dengan sudut pandang yang sama sekali berbeda. Gayanya pun unik. Dibuat seolah-olah film dokumenter yang berakhir dengan tragedi.
Dikisahkan mengenai sekelompok tim dokumenter yang membuat film tentang kehidupan perdukunan di wilayah Ishang, Thailand.
Mereka befokus pada sosok Nim (Sawanee Utoomma) yang merupakan salah satu dukun desa. Nim adalah generasi ketiga dalam keluarganya. Sebelumnya adalah neneknya, kemudian diwariskan oleh tantenya.
Dewa Banyan yang merasuki keluarga Nim memiliki syarat. Ia hanya ingin menggunakan tubuh garis keturunan wanita saja.
Sebenarnya, pilihan tidak jatuh kepada Nim. Kakaknya Noy (Sirani Yankittikan) yang terpilih. Namun, karena ia menolak dan masuk agama Kristen, Nim-lah yang menjadi penerus garis perdukunan keluarga.
**
Kisah dimulai ketika Nim yang mengasingkan diri ke daerah pegunungan untuk membuka praktik dukunnya di sana, kembali ke desa. Willow, kakak iparnya, suami Noy meninggal.
Pada saat berada di desanya, Nim mendapatkan jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Mink, kemenakannya (anak dari Willow dan Noy). Mink (Narilya Gulmongkolpech) adalah gadis muda cantik dan kehidupan yang menjanjikan.