Banyak artikel berserakan di Kompasiana. Pembaca tentu tidak akan membuka semuanya. Mereka memilih.
Para penulis pun bersaing dalam kegelapan. Harap-harap cemas agar tulisan ramai diklik.
Berbagai strategi pun dilakukan. Mulai dari waktu tayang, hingga penempatan kata kunci SEO. Masih banyak lagi.
Namun, itu semua tidak menjamin tingkat keterbacaan.
Di tengah rasa frustasi, tuduhan pun melayang kepada admin. Mulai dari pemberian label, karantina waktu, hingga adanya pengaturan jumlah pembaca.
Mungkin saja benar, dan bisa jadi ada benarnya juga. Tapi, kita semua tahu, menuduh admin hanya akan bikin pening pala berbi. Namanya, Maskerbasi!
Pada akhirnya rasa frustasi datang. Tulisan yang kita banggakan justru berbalik memperkosa jiwa kita. Menimbulkan rasa malu, perasaan tidak nyaman, dan duka yang tidak berkesudahan.
Daripada kecewa, marilah kita mulai dari diri sendiri. Caranya adalah dengan menempatkan diri sebagai pembaca. Apa sih yang kita inginkan, dan artikel apa yang menarik untuk dibaca.
Di Kompasiana ada beberapa artikel yang cukup sering bikin kaget. Ia sepertinya memahami isi hati. Sesuatu hal yang sudah lama bikin penasaran, atau pertanyaan-pertanyaan yang belum ditemukan jawabannya.
Setelah dibuka, paragraph-paragraph pun ditelusuri perlahan. Semakin dalam, semakin melambangkan kondisiku. Gue banget pokoknya.