Kehilangan indra penglihatan adalah kekurangan. Christine harus mengandalkan indra perasa sebagai gantinya. Tapi, disitulah letak kekuatannya.
Karena tidak bisa melihat, maka Christine mencicipi setiap bahan dan komponen masakan yang akan diolahnya. Untuk itu, ia jadi lebih detail dari para peserta lainnya.
Christine hampir mendominasi setiap babak kompetisi. Bukan hanya masalah rasa, tapi juga segalanya. Dengan kelihaiannya Christine berhasil memukau juri dengan presentasi makanannya yang apik.
"Cacat mata telah mengubah pola pikir saya tentang arti dari melakukan sesuatu," ujar Christine.
Belajar braille, menggunakan tongkat, adalah proses yang harus dilalui pada dunia barunya.
Tapi, Christine senang menulis dan memasak. Kedua hal inilah yang ia lakukan untuk menjadikan hidupnya semakin sempurna.
Christine adalah mahasiswa pasca sarjana di University of Houston, AS. Jurusannya, bidang penulisan kreatif.
Di dapur, Christine belajar secara otodidak. Ia memasak segala jenis masakan. Semua dilakukan dengan sepenuh hati.
Hingga ketika teman-temannya mendorongnya untuk mengikuti ajang MasterChef. Ia pun merasa tertantang.
Awalnya, ambisinya tidaklah besar. Ia hanya ingin menjadi inspirasi bagi orang banyak. Apa daya, babak demi babak berjalan dengan dominasinya. Ia muncul sebagai juara.
Pasca kememangannya, Christine berhasil mewujudkan mimpinya untuk menjadi inspirator kehidupan. Ia menerbitkan sebuah buku resep berjudul; judul "Recipes from My Home Kitchen: Asian and American Comfort Food." (2013).