Sekitar awal tahun 2020, saya pernah berdiskusi dengan seorang sahabat; Koh Ahong, demikian aku memanggilnya.
Ahli metafisika Tiongkok Kuno ini berkata bahwa pandemi akan membuat segala perhitungan empiris menjadi tidak akurat lagi. Bahasanya cukup sederhana;
"Yang miskin akan menjadi kaya, yang kaya akan menjadi miskin."
Mungkin kedengarannya klise, tapi sebenarnya yang ia maksudkan itu adalah filosofi Yin-yang dengan pemahaman "semua akan ada waktunya."
Baca juga: Metafisika Tiongkok Kuno, Setiap Kejadian akan Berputar Ulang pada Siklusnya
Pandemi memang membuat segala sesuatunya menjadi tidak prediktif lagi. Bukan hanya dari sisi metafisika, tapi juga nalar berlogika.
Dalam beberapa hari terakhir, kabar mengenai kejatuhan konglomerat Singapura, Lim Oon-kuin, yang lebih dikenal dengan nama; O.K. Lim
Berita hangat tersebut ditulis oleh Dahlan Iskan, melalui situsnya; disway.id.
O.K. Lim adalah seorang yang sangat terpandang di Singapura. Bukan saja hanya kaya, tapi ia juga turut berperan serta membangun negeri singa itu dari nol.
Ia punya tandon minyak mentah terbesar di Asia yang mampu memuat 1,4 juta barel. Kapasitasnya sama dengan dua tanker paling besar di dunia. Pendapatan setahunnya mencapai 450 triliun rupiah.
Perusahaanya bernama Hin-leong. Artinya "kemakmuran" dalam bahasa mandarin. Sebagai pendatang dari Tiongkok, ia memiliki etos kerja yang tidak main-main.