Pun lambung juga belum terlalu kuat. Makanan pedas bisa menaikkan asam lambung yang tentunya berbahaya bagi pencernaan balita. Dan yang lebih berbahaya lagi, makanan pedas punya potensi untuk memantik iritasi akibat alergi.
Senada dengan hal ini, Anca Safta, seorang ahli gastroenterologi anak dari Universitas Maryland, AS juga menjelaskan adanya reseptor rasa sakit yang bernama Vanilloid-1 (atau TRPV-1).
Reseptor ini yang menimbulkan rasa sakit di lidah oleh usus akibat makanan pedas. Reseptor inilah yang bereaksi dengan zat capsaicin dan mengirimkan sinyal "terbakar" atau "panas" ke otak.
Reseptor ini juga yang menimbulkan reaksi pedas yang berbeda bagi setiap individu. Di beberapa negara atau budaya, makanan pedas bahkan diperkenalkan lebih dini kepada anak-anak.
Bukan untuk iseng atau pamer. Budaya tersebut menganut jenis makanan yang kaya akan rasa aromatik tajam. Perkenalan lebih awal tidak dilakukan secara serampanagan. Satu-persatu, agar para orangtua tahu yang mana yang memicu reaksi alergi yang mungkin muncul.
Kendati demikian, harus juga disadari bahwa makanan pedas juga mengandung banyak vitamin yang berguna bagi tubuh.
Sekarang kembali lagi kepada keputusan orangtua. Apakah ingin memperkenalkan rasa cabai lebih cepat kepada anak-anak, atau membiarkan mereka terbiasa dengan sendirinya.
Yang pasti, berani makan pedas tidak ada hubungannya dengan keberanian, sebagaimana diriku yang pemberani dengan tidak berani makan cabai.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H