Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal-usul Peci, Identitas Agama, dan Simbol Bangsa Indonesia

26 Juni 2021   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2021   06:04 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu masih berusia 20an. Ia tidak suka melihat lagak pemuda di zamannya yang tidak mau pakai penutup kepala bak orang barat.

Sementara kaum kolonial dan intelektual juga tidak suka dengan sarung, blangkon, dan peci. Dianggapnya lebih rendah.

Acaranya akbar. Pertemuan Jong Java di Surabaya. Sedianya banyak perdebatan akan terjadi. Tapi, sang pemuda sudah mulai perdebatan dengan dirinya sendiri.

"Apakah kamu adalah seorang pemimpin?"

"Aku adalah seorang pemimpin."

"Jika demikian, maju dan buktikanlah. Pakai pecimu, masuk ke ruang rapat," ujarnya membatin.

Semua orang ternganga. Melihatnya tanpa bersuara. Ribu perasaan tertumpah. Hingga Sang Putra Fajar berbicara;

"[...]. Kita membutuhkan sebuah simbol. Mewakili kepribadian Indonesia. Peci ini khas dipakai oleh bangsa Melayu. Adalah asli milik rakyat kita... Marilah tegakkan kepala. Pakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka. [...]."

Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menuturkan;

"[...], peci ini untuk menunjukkan kesetaraan antara bangsa Indonesia dan Belanda. Antara yang terjajah dan penjajah. [...]."

Jadilah hari itu sebagai hari bersejarah. Soekarno selalu tampil dengan peci hitamnya. Sebelum Indonesia merdeka hingga ia menjadi Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun