"Aku akan menikahimu Widya," Aryo mengucapkan janji manis demi jabatan general manager. Sang putri hanya tersenyum melihat pangeran masa depannya.
Akhirnya mereka pun memadu kasih. Dipesanlah sebuah hotel bintang lima. Biayanya akan dibayar oleh Gupta.
Stik dan wine menambah romantisnya malam. Dari lantai teratas, pemandangan ibu kota terlihat temaram. Bulan tersenyum sinis kepada Aryo, tapi ia menangis untuk Widya.
Malam semakin larut, saat Widya tak sadarkan diri. Obat penenang yang Aryo tuangkan dalam gelasnya, adalah bunga melati sesajen bagi iblis yang akan memangsa.
Gupta telah menunggu dalam kamar 616. Menyeringai seram melihat tubuh mungil Widya yang terbalut gaun malam.
Ketika sang gadis tergeletak tak berdaya, Aryo pergi meninggalkan mereka. Aryo telah merebut hati gadis malang itu, kini giliran Gupta yang akan merengut sang perawan.
Keringat dan darah menambah bejatnya malam. Dari lantai atas, ibukota terlihat pucat. Bulan tersenyum menyeringai kepada Gupta, tapi ia berteriak untuk Widya.
**
Keesokan harinya aktivitas berjalan normal. Gupta masuk lebih cepat dengan wajah yang puas. Widya tak berada di kursinya. Masuk tanpa izin yang tidak perlu diberi peringatan. Mr. Gupta tidak mungkin marah.
Keesokan harinya lagi aktivitas masih terasa normal. Widya belum menampakkan batang hidungnya. Kursinya masih kosong tanpa berita.
Hingga sore hari, berita malang datang dari yang tersayang. Kabar buruk bagi hati yang busuk.