Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saktinya Lidah Soekarno, Orasi hingga Sembuhkan Orang Sakit

31 Mei 2021   05:36 Diperbarui: 1 Juni 2021   06:57 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saktinya Lidah Soekarno, Benar Bisa Sembuhkan Orang Sakit (merdeka.com)

Namun, tahukah kamu jika Soekarno pernah mengakui jika dirinya benar-benar memiliki kekuatan gaib? Bukan dari tongkat, peci, aksi semedi, atau meditasi. Tapi, dari lidahnya.

Kisah ini diangkat dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams. Adalah kakeknya yang mendeteksi kekuatan gaib Soekarno untuk pertama kali.

Di zaman Belanda, Soekarno kecil hidup dalam penderitaan. Kelaparan sudah menjadi hal biasa. Terlebih ayahnya hanya seorang guru bergaji pas-pasan.

Soekarno sering sakit-sakitan di kala muda. Itulah sebabnya mengapa ibunya menggantikan namanya. Dari Koesno menjadi Soekarno.

Kakek neneknya tak mau ketinggalan. Sebagai pedagang batik di Tulungagung, hidup mereka cukup baik.

Kalau hanya sekedar memberikan Soekarno makanan, tidak masalah. Jadilah Soekarno kecil pindah ke Tulungagung untuk sementara waktu.

Di sinilah, sang kakek mendeteksi kemampuan supranatural Soekarno. Letaknya pada lidah. Sang kakek pun tidak menyia-nyiakan kemampuan cucunya.

Jadilah Soekarno sebagai "dukun" kecil. Warga yang sakit atau luka sering disembuhkan. Soekarno cukup menjilat bagian tubuh yang terdampak. Alhasil, diyakini sembuh.

Dalam pengakuannya kepada Cindy Adams, Soekarno sendiri merasa heran mengapa orang bisa sembuh hanya karena dijilat olehnya.

Bukan hanya memiliki kekuatan sebagai penyembuh saja. Konon Soekarno bisa melihat hal gaib. Tapi, Soekarno tidak tertarik dengan dunia gaib. Ia justru gemar membaca dan menekuni dunia kesenian.

Kekuatan mistis ini hilang pada saat ia berusia 17 tahun. Di saat itu, Soekarno mulai senang dengan berpidato.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun