Sabtu, 29 Mei 2021. Israel dan Hamas resmi melakukan gencatan senjata setelah 11 hari pertempuran.
Saling balas-membalas roket. Menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Dipicu pleh pengusiran paksa warga Palestina di Yerusalem Timur. Kedua belah pihak tidak ingin mengalah.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menegaskan negaranya akan terus berjuang melawan agresi Israel. Mempertahankan Yerusalem sebagai ibu kota negaranya.
Sementara, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyatakan ia akan melakukan segala tindakan. Demi mengembalikan kedamaian kepada Israel.
Konflik ini menarik perhatian dunia. Di tengah pandemi Covid-19, warga sipil banyak menjadi korban. PBB menyerukan penghentian serangan. Agar jumlah korban tidak semakin banyak.
Bagaimana Sikap Indonesia?
Desakan juga datang dari Presiden Indonesia, Joko Widodo. Beliau mengatakan jika penggunaan kekerasan terhadap warga sipil Palestina, tidak boleh dibiarkan.
Menlu Retno Marsudi mengajak organisasi negara OKI, dan gerakan non-blok, untuk bertemu membahas situasi di Palestina. Dialog damai harus diutamakan.
Sementara Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menegaskan bahwa sikap Indonesia terhadap Palestina tidak berubah sejak dulu.
Dalam konteks yang baru saja berkembang, sikap Indonesia jelas. Mengecam keras aksi agresi militer Israel.
Namun, Moeldoko juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia harus memahami situasi domestik yang sebenarnya. Jangan sampai terpecah belah atas perdebatan yang kontra produktif.
Ali Taher, Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari Palestina
Balik ke sejarah. Pada saat Indonesia merdeka, mendapatkan dukungan dari negara internasional adalah hal yang sulit.
Tapi, tidak bagi Palestina. Banyak tokoh di negara ini yang menyatakan dukungan terhadap kedaulatan RI. Bahkan ada yang merelakan semua kekayaannya untuk mendukung Indonesia.
"Terimalah semua kekayaanku ini untuk memperjuangkan Indonesia," pinta Muhammad Ali Thaher.
Ali Taher adalah saudagar kaya Palestina. Ia adalah raja media Palestina. Beberapa media yang dimilikinya adalah Ashoura, Al-Shahab, Al Minhaj, dan Al Alam.
Mohammed Zein Hassan, Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menjadi saksi mata, mengungkapkan;
"Ia menarik seluruh uangnya yang tersimpan di Bank Arabia dan memberikannya kepadaku tanpa meminta tanda terima." Pungkas Hassan dikutip dari sumber (detikX).
Kejadiannya pada tahun 1948, saat Agresi Militer II Belanda terjadi di Indonesia.
Perjuangan Ali Taher bagi Kemerdekaan Indonesia
Ali Taher bukan baru mengenal Indonesia. Sebagai sesama bangsa yang berasal dari negara terjajah, ia telah lama bersimpati kepada perjuangan Indonesia.
Kantor Informasi Arab Palestina di Kairo, Mesir adalah milik Ali Taher. Di situlah para politisi dari berbagai negara sering bertemu. Termasuk beberapa tokoh Indonesia, antara lain; H. Agus Salim, Mohammad Hatta, dan Mohammed Zein Hassan.
Ali Taher kemudian banyak berjasa memperkenalkan tokoh-tokoh Indonesia dengan tokoh politik Timur Tengah. Bersama Amin Al Husaini, Ali Taher sangat aktif melobi negara-negara Timur Tengah di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan RI.
Alhasil, pada tanggal 22 Maret 1946, Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
"Berita tersebut kami sebarluaskan dua hari berturut-turut. Bahkan Al Ahram yang terkenal ketat pun menyiarkannya juga," kata Hassan.
Selang setahun, pada Juni 1947, Mesir mengadakan pengakuan atas kedaulatan RI. Acara tersebut dihadiri oleh H.Agus Salim selaku Ketua Delegasi Indonesia, Syeikh Muhammad Amin Al Husaini dari Palestina dan beberapa tokoh negara Arab.
Ketika Yogyakarta diduduki Belanda pada tahun 1948, Palestina dan beberapa negara juga turut membela Indonesia. Penangkapan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir turut masuk dalam kecaman.
Mengenal Ali Taher
Ali Taher lahir tahun 1896 di Nablus, kota tepi barat Palestina. Juga dikenal dengan sebutan Flavia Neapolis. Nama yang diberikan oleh Kaisar Romawi, Vespasianus.
Ayah Ali bernama Aref Eltaher dan ibunya Badieh Kurdieh. Ali juga memiliki 6 saudara lainnya.
Keluarganya berasal dari marga Jaradat. Juga termasuk keturunan Juhayna, salah satu marga terkenal di Arab Saudi. Â
Ali pindah ke Mesir pada bulan Maret 1912. Di sana ia memulai karir sebagai jurnalis di surat kabar Fata Al Arab. Oktober 1924, Ali memulai kiprahnya sebagai pengusaha media.
Surat kabar Ashoura menjadi media utamanya. Selang beberapa tahun, beberapa media pun menyusul. Sayangnya, Ashoura tidak berumur panjang. Media ini dibredel oleh pemerintah Mesir.
Ali kemudian melanjutkannya dengan Al-Shahab. Media Ali Taher terus bertahan hingga tahun 1953. Di tahun tersebut, Wakil Pedana Menteri Mesir sekaligus Menteri Dalam Negeri, Kolonel Gamal Abdel Nasser melarang penerbitan medianya.
Kantor Informasi Arab Palestina ia bangun pada tahun 1921 di Kairo. Diberi nama Dar Ashoura. Di kantor ini para politisi dan pencari suaka bebas datang berkunjung tanpa harus membuat janji terlebih dahulu.
Ketika para pemuda Indonesia yang sedang menjalani studi di Mesir kesulitan, Ali Taher tak segan menjaga mereka. Termasuk meminta bantuan Menteri Pendidikan Mesir untuk membantu hingga mereka lulus kuliah.
Kecintaan Ali terhadap Indonesia tak pernah surut. Bahkan setelah Indonesia merdeka, dukungan Ali terus berlanjut. Ia hadir dalam setiap acara resmi maupun tidak resmi dari pemerintah Indonesia yang baru.
Ia juga rajin melobi negara-negara Liga Arab untuk mendukung kedaulatan Bangsa Indonesia. Dalam sebuah resepsi, Ali Taher menyampaikan kepada para hadirin;
"Sungguh, kita telah menjadi saksi dalam kelahiran satu bangsa."
Entah apa yang menyebabkan Ali sangat mencintai Indonesia. Tapi perananannya bagi kemerdekaan bangsa ini, tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sebenarnya di tahun 1965, presiden Soekarno telah berencana mengadakan acara khusus untuk memberikan penghargaan kepada Ali Taher atas jasanya bagi kemerdekaan Indonesia.
Sayangnya, tidak pernah terjadi. Soekarno sudah terlebih dahulu lengser sebagai presiden RI.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H