Dalam masyarakat Nusantara, kekuasaan selalu identik dengan wahyu dari langit. Telah terjadi sejak zaman raja-raja kuno, dan masih melekat hingga pemimpin di era modern.
Gambaran umum masyarakat, pemimpin besar memiliki kekuatan adikodrati. Berhubungan dengan kesaktian diri atau pun benda-benda keramat yang menjadi "pegangan."
Konon Soekarno memiliki beberapa benda pusaka. Di antaranya adalah keris dan juga tongkat komandonya. Soeharto pun disebutkan mengoleksi lebih dari 2000 benda keramat. Beritanya masih tersiar hingga kini.
Salah satunya adalah Topeng Gajah Mada.
Pada suatu hari di tahun 1980-an, Ayatroheadi, arkeolog dan guru besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI), menerima misi khusus dari orang terpenting di negeri ini, Soeharto.
Pesannya datang dari Maulana Ibrahim, kepala Bidang Pemugaran Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Misinya adalah mencari lokasi Mahapatih Gajah Mada  mengucapkan Sumpah Palapa. Misi ini tergolong sulit. Tersebab satu-satunya referensi adalah karya Mpu Prapanca, Negarakertagama, yang ditulis pada tahun 1365.
Apa yang bisa dilakukan oleh Ayatroheadi saat itu adalah menuju ke Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan penemuan beberapa situs bersejarah di sana, diduga kuat bahwa Trowulan adalah bekas ibukota Kerajaan Majapahit.
Namun, Ayatroheadi sendiri masih meragukan keabsahan informasi tersebut. Ditambah lagi, temuan-temuan berbagai macam benda purbakala yang terpendam di sana mencakup luasan yang cukup besar. Sekitar 99 kilometer persegi, masuk sampai ke wilayah timur Jombang.
Setelah menjalankan lima hari ekspedisinya, Ayatroheadi pulang dan melaporkan temuannya kepada pembawa pesan rahasia. Hasilnya, nihil.
Jelas berita ini cukup mengecewakan. Maulana Ibrahim pun menuturkan pentingnya keberhasilan misi tersebut.