Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Popularitas Penulis Wanita di Kompasiana, Beda dengan Pasar di Indonesia?

24 April 2021   05:09 Diperbarui: 24 April 2021   05:21 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan tulisan propokatip. Meskipun, berasal dari ide propokatip Engkong Felix pada artikelnya yang berjudul; "Rendahnya 'Nilai Jual' Perempuan Kompasianer."

Idenya sederhana, Engkong membandingkan top 50 penerima K-Awards bulan Maret 2021 dari jenis kelamin. Tercatat hanya 8 nama wanita.

Gaya hipotesis si Engkong selalu menarik dan masuk akal (kadang). K-Rewards berhubungan dengan jumlah keterbacaan artikel. Berpikir sederhana, penerima K-Rewards biasanya juga adalah penulis aktif.

Jadi, kesimpulan sementara: 1) Di Kompasiana, penulis wanita lebih sedikit jumlahnya dari penulis lelaki. 2) Penulis wanita produktivifitasnya kurang, dan 3) tulisan penulis wanita kurang diminati.

Tapi, stop sampai di sini, jangan julid dulu.

Tentang Gender Penulis di Kanal Fiksi

Saya kemudian melakukan sedikit riset dan menemukan sebuah tulisan yang menarik dari sumber (cnnindonesia).

Hetih Rusli, editor fiksi Gramedia Pustaka Utama mengatakan bahwa penulis wanita lebih digandrungi di Indonesia. Tersebab Pasar pembaca fiksi juga didominasi oleh kaum wanita.

Konon, perempuan lebih punya banyak waktu dari lelaki. Termasuk membaca novel. Stigma pun terbentuk, wanita lebih memahami bahasa wanita. Sedangkan lelaki "kurang sensitif" memahami ranah wanita.

Lebih lanjut, Hetih juga menyebutkan jika penulis wanita lebih banyak jumlahnya.

"Menyebutkan nama penulis wanita Indonesia jauh lebih mudah ketimbang penulis pria," pungkasnya.

Penyebabnya karena masyarakat Indonesia masih memiliki paradigma yang patrilineal. Profesi penulis masih dianggap kerja sampingan yang belum tentu menghasilkan.

"Kalau mau jadi penulis, laki-laki akan berpikir, sanggup atau tidak biayai keluarga," pungkas Hetih.

Hetih lanjut menjelaskan. Biasanya penerbit akan menyarankan menggantikan nama yang tidak terlalu lelaki bagi penulis fiksi pemula.

Jelas nama Budi atau Zaldy kurang menjual. Meskipun, ada juga penulis fiksi papan atas lelaki yang novelnya laku keras. Tapi, tetap saja, penerbit tidak ingin mengambil resiko.

Bagaimana dengan di Kompasiana?

Jika teori Hetih ini benar, maka harusnya produktivitas penulis wanita lebih banyak di K, dan tulisan mereka tentu lebih banyak terbaca.

Jadi, seharusnya salah jika di Kompasiana penulis wanita lebih sedikit jumlahnya. Begitu pula jika produktivitas mereka kurang. Apakah tulisan penulis wanita lebih kurang diminati, tentu juga salah.

Tentang Kanal Fiksi di Kompasiana

Okelah, yang dimaksud oleh Hetih mungkin adalah karya fiksi saja.

Kompasiana tidak melulu tentang fiksi. Masih banyak jenis tulisan lainnya yang bisa kamu temui di sini. Dengan demikian, maka peminat fiksi, yang sebagian besar adalah wanita, kemungkinan tidak membaca di Kompasiana. 

Jika ditilik lagi, memang sih, kanal fiksi menempati tingkat keterbacaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kanal lainnya. Politik, Olahraga, dan Humaniora misalnya.

Bagaimana dengan penulis fiksi di Kompasiana?

Engkong Felix menyertai 8 wanita yang berada pada urutan 50 terbesar penerima K-Rewards bulan Maret 2021.

Nomor 1 dan 2 ditempati oleh Rudy Gunawan (saya) dan Steven Chaniago. Kami berdua bukan penulis fiksi.

Pada urutan ke-tiga dan ke-empat ditempati oleh penulis wanita, yaitu Uli Hartati dan Desy Indah Hani. Sayangnya, mereka juga bukan penulis fiksi.

Penulis fiksi di Kompasiana pun tidak didominasi oleh kaum wanita.

Buktinya, Kompasiana Awards 2020 versi Best in Fiction dimenangkan oleh Katedraradjawen yang nota bene adalah Om-Om.

Empat nominee lainnya adalah: Zaldy Chan, Syahrul Chelsky, Abdul, dan Santoso Mahargono. Semuanya Pria.

**

Hingga detik ini, saya masih bingung, mengapa ini bisa terjadi. Tentunya pihak K tidak membeda-bedakan karya berdasarkan jenis kelamin. Tidak juga memilih kasih antara wanita dan pria.

Namun, kenyataan di K tidak sama dengan pernyataan dari Gramedia, yang nota bene seharusnya mewakili pasar di Indonesia.

Penyebab penulis wanita lebih kurang diminati atau lebih kurang menulis, dan bagaimana menyeimbangkannya, saya serahkan kepada Kompasiana. Seharusnya ada cara yang bisa ditempuh.

Penulis wanita juga bisa mencontohi beberapa karya penulis wanita di K yang sering bertenger di AU, NT, Terpopuler, hingga peraih K-Rewards wanita terbanyak.

Uli Hartati salah satu contohnya. Dengan segala kemampuannya, tulisannya bisa mencapai ribuan viewers secara konsisten. Luar Biasa. Jika kebetulan Mba Uli membaca tulisan ini, monggo dishare ya tipnya. Siapa tahu saja bisa berguna bagi kita semua.

**

Tersebab Engkong Felix telah keburu mengulik kesedihannya antara "Hari Kartini" dan "nilai komersil" penulis wanita di Kompasiana.

Memang Engkong telah berbaik hati untuk meninggikan semangat rekan-rekan Kartini K, tapi itu tentu tidak cukup.

Karya yang otentik, kreatif, dan inovatif, tentu sudah dimiliki. Gaganawati Stegman adalah Kompasianer of The Year 2020. Roselina Tjiptadinata adalah legenda di K. Nama-nama lainnya juga tak kalah populernya. Pokoknya Kartini K itu keren-keren dah. Tidak diragukan lagi!

Hanya saja, dukungan dari sesama Kompasianer juga perlu diperkuat lagi. Nah, mumpung, topik pilihan tentang wanita sedang digencar-gencarkan. Mengapa tidak memanfaatkan momen ini dengan lebih banyak membaca, vote, dan memberi komentar pada tulisan para Kartini K?

Namun, satu yang pasti. Janganlah ikuti jejak Felix Tani sebagai Kompasianer Kenthir, tidak bagus untuk para wanita. Tidak ada alasannya, pokok e tidak bagus. Titik

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun