Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan (Wikipedia).
Dalam sebuah literasi, rima sering digunakan untuk memperindah tulisan. Teknik ini sering saya gunakan baik dalam membuat judul atau pun pada isi.
Tujuannya untuk mendulang jumlah pembaca dan memanjakan mata agar tulisan dibaca sampai habis. Sudah sangat umum.
Namun, sebagai pembicara publik, saya baru sadar jika rima kata tidak saja hanya berfungsi pada tulisan. Dalam pidatonya yang fenomenal tentang Jas Merah, Soekarno telah membuktikannya.
"[...] Sekali lagi saya ulangi kalimat ini, membuang hasil-hasil positif dari masa yang lampau tidak mungkin. Sebab, kemajuan yang kita miliki sekarang ini adalah akumulasi, adalah akumulasi, daripada hasil-hasil perjuangan di masa lampau."
Dalam pidato tersebut kita bisa melihat pengulangan dari beberapa kata, seperi masa lampau, akumalasi, hasil-hasil.Â
Memang kelihatan sederhana. Tidak puitis bak karya puisi dunia. Tapi, Soekarno telah membuktikan bahwa pengulangan kata (bunyi) yang berselang dapat menyihir pendengarnya.
Sehari yang lalu saya menonton sebuah tayangan dari History Channel. Dalam tayangan tersebut sebuah survei diselenggarakan.Â
Terdapat dua kalimat yang artinya sama. Partisipan hanya diminta, apakah mereka setuju dengan pernyataan tersebut.
"Courages and measures will win you trasures."