"Terus saya bilang, terima kasih, Pak. Saya letakkan telepon itu. Saya menangis. Ainun lihat." Ujar Habibie.
Hingga Soeharto menutup mata pun, Habibie tak pernah melihatnya lagi.
**
Sang bocah kecil tampak kikuk berhadapan dengan seorang pria gagah dalam seragam tentaranya. Sang perwira melambaikan tangannya kepada sang bocah.
"Aku kembali ke Jawa, nak. Suatu waktu kita akan bertemu lagi. Tidak di sini. Tidak di sana. Di suatu tempat di mana kita bisa berkarya bersama untuk kemajuan bangsa ini."
Demikianlah kira-kira yang ada dalam bayangan penulis ketika mereka berpisah pertama kalinya untuk bertemu lagi.
**
Kini kedua tokoh bangsa ini telah tiada. Jejak karya mereka tak akan lekang oleh zaman. Bangsa Indonesia akan mengingat mereka sebagai para pemimpin bangsa yang terhormat.
Rindu dan benci bersatu. Tiada manusia yang sempurna. Bapak bangsa tidak seharusnya dihujat apalagi dibenci. Sedikit banyak seluruh kenyamanan yang telah kita peroleh juga atas jasa dari kedua tokoh ini.
Penulis kembali membayangkan. Pembicaraan yang sempat terhenti kini tersambung kembali. Bukan di sini. Bukan di sana. Tapi, di hati kita.
"Saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangan. Semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945."