Sebuah pesan dari seorang sahabat yang sudah lama tinggal di luar negeri, menyinggung budaya poligami di negara tempat ia menetap sekarang. Iseng, ia pernah bertanya kepada partner bisnisnya;
"Mengapa orang di sini memiliki istri lebih dari satu?" Tanya sahabat.
"Karena jumlah pria di dunia lebih banyak daripada wanita," demikian jawaban entengnya.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendukung atau menentang poligami. Namun, sebuah pertanyaan yang menggelitik sejak dahulu kala. Betulkah bahwa jumlah wanita di seluruh dunia lebih banyak dari pria?
Pertama, di zaman sekarang, tidak terlalu masalah lagi apakah seorang anak berkelamin pria atau wanita. Namun, kasus ini tentu berbeda-beda bagi setiap keluarga, budaya, dan negara.
Ada pasutri yang mendambakan jenis kelamin tertentu, karena memang mereka belum memilikinya. Ada pula yang masih condong pada bayi pria atau wanita, karena masalah preferensi, budaya, atau pengaruh keluarga.
Akan tetapi, hal yang mengatakan bahwa seseorang dapat menentukan jenis kelamin, melalui beberapa cara, seperti waktu persenggamaan, metode hubungan seksual, atau memakan makanan tertentu selama masa kehamilan, semuanya hanyalah mitos semata.
Hingga kini dunia kedokteran belum bisa menentukan bagaimana caranya menentukan jenis kelamin yang diinginkan dari sang bayi. Kalaupun ada jenis kelamin yang lebih banyak dari yang lainnya, maka itu murni hanyalah kebetulan.
Dengan demikian, apakah mitos tentang jumlah wanita lebih banyak dari jumlah lelaki masih valid? Mari kita cek faktanya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh PBB tahun 2015, ternyata jumlah lelaki lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Perbandingannya adalah ada 101 pria pada setiap 100 perempuan di dunia. Dengan kata lain, ada sekitar 50 juta lelaki lebih banyak dari wanita. (today.line.me)
Namun demikian, kondisi ini bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Direktorat Jederal Kependudukan dan Pengcatatan Sipil (Dukcapil), hingga semester I 2020, penduduk lelaki lebih besar dari wanita.