Beberapa hari terakhir, fenomena kalender 1971 dan 2021 menjadi viral di media sosial setelah postingan akun Twitter @arbainrambey muncul pada jumat (1.1.2020). Ia menuliskan, "Kalender 1971 bisa dipakek lagi... persis... hemattttt." Ujarnya dalam cuitannya. (kompastv.com).
Sontak unggahan ini menjadi semacam pesan berantai. Sebabnya dianggap cukup unik. Hari dan tanggal di setiap bulannya persis sama. Berbagai perbincangan pun berseliweran tentang makna gaib atas kejadian ini.
Bukan namanya warga+62 jika tidak bikin heboh dengan teori cocokologi. Ada yang hanya sekedar bercanda bahwa "kita kembali ke 50 tahun yang lalu." Ada juga yang mengatakan bahwa "akan ada kejadian alam 50 tahun yang lalu akan menyerupai kejadian pada tahun ini." Namun, ada pula yang lebih serius menghubungkan kejadian ini dengan "penghukuman dari Tuhan atas dosa manusia."
Sebenarnya apa yang terjadi sih? Apakah kejadian ini adalah siklus yang terjadi setiap 50 tahun sekali atau fenomena aneh yang tidak bisa dijelaskan?
Ternyata netizen dengan akun @mutiaashmars membalas cuitan @arbainrambey, dengan sebuah gambar berisi kalender tahun mana saja yang bisa dipakai untuk kalender tahun 2021.
Daftarnya adalah:Â 2010, 1999, 1993, 1982, 1971, 1965, 1954, 1943, 1937, dan 1926. Bukan sulap, bukan sihir, netizen +62 terkecoh.
Menurut Rhorom Priyatinko, astronom dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), "Itu hanya perulangan saja."Â (tempo.co).
Menurutnya, pola kesamaan ini akan selalu terus berulang-ulang pada tahun-tahun tertentu. Kesamaan itu karena tanggal 1 Januari jatuh pada hari jumat hingga akhir tahun. Jadi hal ini bukanlah siklus atau fenomena. Hanya hal yang umum saja.
Rhorom lanjut menerangkan bahwa kalender Masehi terdiri dari tahun basit yang berjumlah 365 hari dan juga kabisat dengan 366 hari. Dengan fakta bahwa dalam sepekan ada tujuh hari, maka pola perulangan ini akan membuat beberapa kesamaan pada beberapa kalender di tahun-tahun tertentu.Â
"Kira-kira selisih waktu enam tahun atau lebih bisa terjadi perulangan," ujar peneliti di Pusat Sains dan Antariksa LAPAN itu.
Namun demikian, kedua kalender ini juga tidak persis sama. Hal yang paling membedakan adalah hari libur. Sebagai contoh, pada tahun 1971, belum ada Hari Buruh (1 Mei) dan Hari Lahir Pancasila (1 Juni). Bahkan hari raya keagamaan seperti Tahun Baru Islam, Waisak, dan juga Hari Libur Imlek, belum dikenal di tahun 1971.