Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Takdir, Menyimak Nasib, Sebuah Renungan Menyambut Tahun Baru

31 Desember 2020   06:58 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:04 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berbagai tulisan mengenai Numerologi, penulis selalu menekankan perbedaan di antara takdir dan nasib. Dalam Numerologi, Takdir diwakili oleh Tanggal Lahir yang tidak bisa berubah. Sementara Nama yang bisa berubah melambangkan Nasib yang masih bisa berubah.

Perubahan Nasib ditandai dengan adanya usaha internal, seperti pola pikir, cara bersikap, serta usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan perubahan perilaku. Sementara faktor ekstenal biasanya datang dari nasehat, anjuran atau contoh yang diberikan oleh orang-orang di sekitar kita.

Akan tetapi, dalam kenyataannya tetap saja susah membedakan Takdir dan Nasib.

Bahkan menurut KBBI, Takdir adalah "Ketetapan Tuhan; Ketentuan Tuhan; Nasib." Sementara Nasib adalah "Sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang; nasib."

Dari sisi linguistik kedua kata ini bisa saja sama, tetapi kebijaksanaan sangat diperlukan di sini. Oleh sebab itulah, dari sisi Numerologi, kedua hal ini adalah hal berbeda.

"Manusia Berencana, Tuhan Menentukan."

Jelas bahwa apapun yang kita rencanakan dan implementasikan tetap akan ada dua kemungkinan hasil akhir, yaitu berhasil atau gagal. Jelas, kuasa Tuhan berlaku.

Kendati demikian, tidaklah elok menyerahkan diri pada keadaan. Duit tidak datang dari rebahan, jodoh bukan hadir dalam khayalan. Tuhan tidak akan bermurah hati pada yang malas-malasan.

Lantas bagaimana membedakan Takdir dan Nasib, begini sederhananya;

Sesuatu yang takbisa diubah, seperti siapa dirimu, terlahir di keluarga mana, siapa orang tuamu, anakmu dan jenis kelaminmu, maka itulah takdir.

Sementara, sesuatu yang belum lewat dan masih ada peluang untuk berubah, maka itu adalah nasib.

Cobalah simak pertanyaan berikut ini;

Pertanyaan 1: "Seandainya aku menikah dengan si A dan bukan si B? Apakah nasibku akan berubah?"

Jawaban: "Iya betul, nasibmu akan berubah, tetapi bukan takdirmu."

Sesuatu yang sudah lewat, seperti yang kamu nikahi, pekerjaan yang kamu pilih, sahabat yang kamu gauli, dan seluruh hasil yang sudah kamu jalani, itulah takdir. Tidak perlu diratapi!

Pertanyaan ke-2: "Seandainya, aku tidak mau terlahirkan sebagai lelaki, dan kemudian diriku berubah menjadi wanita melalui transgender, apakah itu mengubah takdirku?"

Jawaban: "Tidak, kamu mengubah nasibmu."

Meskipun ia tidak bisa menerima takdirnya dan mengubah jenis kelaminnya melalui upaya transgender, tetap ada satu hal yang takbisa dipungkiri. Ia telah terlahirkan sebagai lelaki. Kalaupun saat ini dirinya adalah seorang 'wanita,' maka tentu yang berubah adalah nasibnya (terlepas dari baik atau buruk).

Pertanyaan ke-3: "Seandainya aku tidak melakukan apa-apa, lantas kejadian besar datang menimpa diriku, apakah itu takdir atau nasib? Misalkan kejadian rumah yang terbakar."

Jawaban:  "Adalah takdir sehingga rumah terbakar, tetapi nasib bisa berkata lain jika ada usaha-usaha yang dilakukan sebelumnya untuk mencegah kebakaran."

Semoga ketiga pertanyaan dan jawaban ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai perbedaan takdir dan nasib. Walaupun demikian, tetap ada hal penting yang harus disadari.

"Manusia Berencana, Tuhan Menentukan."

Janganlah pernah melawan kuasa Ilahi, karena itu melawan takdir. Namun, Tuhan juga memberikan kuasa kepadamu untuk memperbaiki nasib. Menyerah kepada takdir adalah tidak melakukan apa-apa terhadap nasib.

Takdir dan nasib bagaikan siang dan malam yang datang bergiliran. Tidak untuk diperdebatkan, tapi tidak juga untuk dipasrahkan.

Cobalah renungkan sejenak, apakah yang sudah dilalui selama tahun 2020? Apakah itu menyakitkan atau menyenangkan? Tidak ada yang bisa diubah, kenangan adalah sesuatu yang akan selamanya ada di sana.

Cobalah pikirkan sejenak, apakah yang akan menjadi tekadmu di tahun 2021 nanti? Apakah itu pencerahan atau ketidakpastian? Tidak ada yang tahu, harapan adalah sesuatu yang belum pernah ada di sana.

Namun, jika kamu bisa menerima dan bersahabat dengan takdirmu, niscaya mereka akan datang padamu dengan penuh rasa persahabatan. Jadikanlah ia sebagai bayangan diri. Ia ada di sana, meskipun kamu tidak bisa menyentuhnya. Kemana pun engkau pergi, ia hanya akan muncul di saat terang menerangi.

Jika kamu bisa memperjuangkan dan bertekad memperbaiki nasibmu, niscaya ia akan datang padamu dengan penuh rasa pertemanan. Jadikanlah ia sebagai bayangan cermin. Ia ada di sana dan selalu mengikuti gerakmu. Dimana pun engkau berada, ia hanya akan muncul jika gelap menepi.

Ambillah pelajaran dari takdirmu di tahun 2020 untuk memperbaiki nasib yang akan datang menyertaimu selama tahun 2021. Nasib baik hanya akan menjadi Takdir yang membahagiakan, jika engkau dan bayanganmu berada pada frekuensi yang sama.

Selamat Tahun Baru 2021

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun