Bukannya curhat, saya adalah korban puber kedua. Ada dua fakta yang mendasar yaitu; 1) Saya pernah memasuki usia 40 tahun dan 2) Saya pernah dicurigai istri. Jangan tertawa dulu, semua lelaki yang memenuhi kedua syarat di atas adalah mereka yang sudah mengalami hal yang sama.
Memang puber kedua adalah momok bagi pasangan suami istri yang sah. Semua kasus perselingkuhan, mesti dilabeli dengan istilah ini. Itulah sebabnya mengapa mitos ini selalu menarik perhatian.
Tapi tunggu dulu, apakah puber kedua adalah mitos atau fakta?
Sebenarnya puber kedua atau krisis usia maya (midlife crisis) ini bukanlah istilah medis yang berhubungan dengan penyakit. Ia adalah sebuah istilah umum di masyarakat yang mengacu kepada kumpulan gejala perilaku yang cukup kompleks.
Memang tidak semua akan berujung kepada perselingkuhan. Untuk yang satu ini hanyalah mitos. Namun jika fakta gejala perubahan psikologis menjelang usia paruh waktu yang tidak disikapi dengan hati-hati, maka istilah medis "gangguan mental" bisa saja datang menghantui. Â
Walaupun sama-sama menggunkan kata puber, puber kedua tidak bisa disamakan dengan puber pertama atau pubertas.Â
Pubertas terjadi karena adanya kondisi perubahan hormon pada manusia. Perilaku baru terjadi akibat mulai mengenal lawan jenis kelamin, cinta, hingga seks. Â
Tidak ada perubahan pada kondisi fisik yang disebabkan oleh hormon. Semuanya hanyalah di kepala. Penyebabnya adalah krisis psikologis dalam diri terhadap perubahan signifikan yang terjadi dalam hidup, seperti:
"Anak-anak sudah masuk kuliah."
"Sudah ada teman sekolah yang meninggal."
"Sebentar lagi akan punya cucu."