Toxic relationships adalah sebutan yang menjadi viral akhir-akhir ini. Menceritakan mengenai pola hubungan yang tidak menyenangkan di antara sekurangnya dua orang. Bisa merupakan hubungan antara kekasih, pertemanan, hingga orangtua dan anak.
Apa yang dilakukan oleh kedua orangtua penulis, jelas merupakan gambaran umum tentang toxic relationships. Sebabnya penulis sempat merasa stres dengan pola asuh keras yang diterapkan. Pola asuh yang sering diasosiasikan dengan gaya keras orang Tionghoa, dibandingkan dengan gaya demokratis yang diterapkan oleh orang bule kepada anaknya.
Perbandingan kedua hubungan inilah yang dibahas pada sebuah buku yang banyak menuai kontroversi, karangan Amy Chua, seorang professor hukum dari Yale Law School yang berjudul "Battle Hymn of the Tiger Mother." Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama pada tahun 2011, oleh penerbit Gramedia.
Pola yang sama digunakan oleh Amy kepada kedua anaknya yang sudah beranjak remaja. Anak-anaknya dilarang main game, nonton tv, harus les biola atau piano, hingga harus mendapat nilai A agar bisa menginap di rumah teman.
Dalam sebuah survei terhadap 50 ibu di Amerika dan 48 ibu imigran China, hampir 70 persen dari ibu Amerika menyatakan bahwa "menekankan keberhasilan akademis tidak baik untuk anak-anak. Yang penting orang tua harus menekankan bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan."
Sebaliknya, ibu-ibu imigran China mengatakan bahwa "prestasi akademik mencerminkan orang tua yang sukses mendidik. Sebaliknya jika anak-anak tidak unggul, maka itu adalah kesalahan orang tua."
Studi lain juga mengatakan bahwa orangtua china menghabiskan 10 kali lebih lama waktunya untuk terlibat dalam aktivitas akademi anaknya. Bedanya dengan orangtua barat yang cenderung berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler, seperti seni dan olahraga.
Sementara orangtua barat lebih memilih menyerah mengikuti kemauan anak, orang tua China lebih sabar dalam mendidik. Mereka menerapkan kedisiplinan yang keras dan di saat yang sama juga akan mendampingi anak-anak di masa masa sulit.
Amy menceritakan bagaimana ayahnya pernah memakinya dengan sebutan "sampah". Walaupun Amy merasa tidak enak, namun ia sadar bahwa umpatan itu untuk memotivasi dirinya agar tidak menjadi sampah masyarakat.
Orangtua China tidak segan-segan menegur secara langsung, "Hei gendut, turunkan berat badanmu."Â Sementara orangtua barat akan memberikan nasehat kesehatan dan pola diet yang bagus.