Banyak yang mengira bahwa literatur seksologi yang paling kuno dan paling lengkap di dunia adalah Kama Sutra, karya Vatsyayana dari India. Namun jauh sebelumnya, di Tiongkok, sudah ada Kitab Su Nu Jing yang secara harafiah berarti Kitab Sang Perawan.
Kita perlu mengacungkan jempol kepada peradaban kuno dalam melihat makna seks. Di saat masih ada masyarakat modern yang menganganggap literatur seks sebagai hal yang tabu, kitab Su Nu Jing justru diciptakan secara elegan.
Karya literatur seks modern terkenal dibuat dengan sangat beragam. Ada yang berupa karya fiksi untuk hiburan dan meningkatkan libido, semacam novel "Fifty Shades of Grey." Karya fiksi romantis ini mengisahkan pengalaman cinta dari dua insan dengan kehidupan bercintanya yang tidak biasa.
Kehebatan dari Kitab Su Nu Jing, mampu menggabungkan seksologi dalam bentuk drama percintaan hubungan seksual, kesehatan, teknik bercinta, hingga kepada makna filosofis yang dalam. Semuanya dibuat tanpa adanya kata atau kalimat yang mengumbar aurat.
Kitab ini termasuk karya-karya klasik Taoisme yang sakral. Pengetahuan seksualitas yang terkandung di dalamnya adalah hasl pemikiran para alkimis pra sains yang menyentuh kepercayaan mistis. Oleh sebab itu, pembaca juga bisa menemukan ritual kuno, nasehat gaib, hingga obat-obatan tradisional untuk meningkatkan kemampuan bercinta.
Meskipun dianggap sejenis dengan Kitab Kama Sutra, kedua kitab ini sangatlah berbeda. Kama Sutra kebanyakan membahas mengenai teknik bercinta yang fenomenal dengan gaya bombastis, kitab Su Nu Jing justru membahas mengenai makna filosofis dari hubungan seksual.
Yang lebih menakjubkan lagi, ternyata pemikiran para alkemis Tao tentang tujuan hubungan seksual adalah memberikan kepuasan kepada para wanita. Hal yang sangat berbeda dengan pemikiran budaya patriarki yang menganggap wanita tidak lebih hanyalah obyek seksual semata. Sementara tujuan para lelaki dalam berhubungan seks adalah untuk mencapai pencerahan tingkat tinggi agar kesehatan prima dan usia panjang dapat dinikmati.
Sebagai contoh, salah satu konten drama yang terkandung dalam literatur ini adalah percakapan pengalaman seksual Kaisar Huang Di dengan tiga penasehatnya, yaitu Su Nu (Gadis Elemental), Xuan Nu (Gadis Misterius), Cai Nu (Gadis Pelangi), dan seorang tabib pria yang bernama Peng Zi.