Seandainya, pada hari ini semua orang hanya terdiri dari 1 jenis warna kulit, 1 keyakinan, dan 1 agama, apakah perbedaan tidak akan ada lagi? Apakah itu adalah tujuan bagi kita untuk mencapai kehidupan yang sempurna?
Tidak, karena jika seluruh manusia di dunia memeluk keyakinan yang sama, perbedaan akan tetap terjadi. Jika seluruh manusia memiliki warna kulit yang sama, maka persamaan tetap mustahil adanya.
Mengapa demikian? Karena pada dasarnya seluruh ras manusia adalah sama, namun pikiranlah yang selalu secara konsisten mencari perbedaan. Padahal Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna. Tanpa harus membeda-bedakan seorang dengan yang lainnya, tubuh dan seluruh anatominya, sudah menjelaskan banyak hal mengenai perbedaan.
Jari telunjuk, tengah, manis, kelingking, dan jempol berbeda adanya. Jika perbedaan ini adalah masalah, maka berdoalah kepada Tuhan untuk mengubah kelima jari menjadi jempol yang sama.
Nyatanya tidak, manusia jari-jari yang tidak sama sangat dibutuhkan agar dapat berfungsi maksimal sesuai dengan peranannya masing-masing. Perbedaan di sini bukan saja penting, namun juga merupakan anugrah. Akan tetapi, tetap saja, manusia selalu menyalahkan perbedaan.
Lihatlah di sekelilingmu, nikmatilah anugrah Tuhan dengan segala keragamanya. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang harus dibrutalkan.
Keragaman adalah sebuah rantai simbiosis mutualisme yang saling melengkapi. Menguntungkan pihak lain, tanpa harus merasa dirugikan.
Mempermasalahkan perbedaan sama dengan meragukan alam semesta dan seluruh isinya.
Melenyapkan perbedaan sama dengan mengamputasi tangan, karena ia tidaklah sama dengan kaki.
Menghargai perbedaan adalah menerima kenyataan, karena pada dasarnya saya berbeda, kamu berbeda, dan semua orang berbeda.
Menghargai perbedaan adalah mengapresiasi ciptaan alam. Wajib dilakukan sebelum Tuhan memutuskan untuk menciptakan satu jenis kelamin saja di dunia ini.