Sebuah jajak pendapat dari salah satu media mainstream di Indonesia mengenai tontonan apa yang diminati selama masa pandemi. Dari total 4.395 responden, sebanyak 64% memberikan pilihan kepada Drama Korea (Drakor), diikuti oleh film barat sebanyak 28% dan Indonesia dengan 8,1% suara.
Bukan rahasia lagi kalau Indonesia sudah diserang oleh budaya pop Korea, seperti Drakor dan K-Pop. Jika generasi kolonial mengadopsi budaya barat melalui industri kreatif Amerika Serikat, tidak dapat dipungkiri, Korea sekarang sudah menjadi salah satu kiblat seni dan budaya dunia bagi para milenial.
Sebuah pertanyaan dari penulis kepada Jang Meung-syuk, seorang sahabat dari Korea yang menetap di kota Makassar dan fasih berbahasa Indonesia.
"Mr. Jang, kenapa sih industri hiburan korea tiba-tiba begitu populer?"Â tanya penulis.
Jawaban singkat dan jelas didapatkan darinya "Pemerintah mendukung, rakyat mendukung."
Genderang Perang Hallyu Dibunyikan
Dalam pembukaan the Seventh Conference for the Promotion of New Economy di Seoul pada tahun 1994, Presiden Korsel saat itu, Kim Young-sam menyatakan bahwa negaranya siap bersaing dalam bidang budaya dan ekonomi dengan semakin merebaknya kekuatan Amerika Serikat ke dalam negeri.
Persebaran gelombang budaya Korea ini disebut dengan Hallyu, dan direalisasikan dalam bentuk "Kebijakan 5 Tahun Rencana Pembangunan Budaya," dengan memanfaatkan pengembangan industri budaya melalui pemanfaatan sektor Informasi Teknologi (IT).
Jangan hanya melirik seni sebagai bagian dari promosi budaya. Gerakan ini sangat masif, sehingga menyentuh bidang pariwisata, ekonomi, politik, hingga keamanan. Sebuah langkah besar yang berhasil dilakukan oleh pemerintah Korsel dalam upaya menguatkan peran negaranya dalam kancah internasional.
Keseriusan dalam implementasi kebijakan ini juga diikuti dengan langkah konkrit pemerintah. Pada tahun 2000, anggaran yang digelontorkan adalah sebesar 1% dari anggaran nasional atau setara dengan 0,9 miliar US dollar. Alokasi ini terus meningkat hingga menyentuh angka sekitar 7,5 milliar pada tahun-tahun berikutnya.
Drakor dan K-Pop Sebagai Mesin Propaganda Gelombang Hallyu
Perjuangan besar mendatangkan hasil yang besar. Film Drakor Winter Sonata (2002) berhasil memberi pemasukan hingga 290 miliar US dollar, dan hingga saat ini menurut Song Seng-wun dari Bank CIMB private, gelombang Hallyu telah memberikan kontribusi sebesar 3 hingga 5 persen dari produk domestik bruto.