Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serba-serbi Menafsir Angka Togel, Siapa Tahu Saja Ada yang Nyangkut

25 September 2020   19:21 Diperbarui: 26 September 2020   01:40 3728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Serba Serbi Menafsir Angka Togel (sumber: hetanews.com)

Alkisah seorang kawan yang pernah bertemu dengan seseorang yang 'dimasuki' oleh Dewa', lengkap dengan jubah, jenggot panjang pajangan, dan golok yang terhunus.

Untuk meramaikan acara, pengurus kelenteng membuka kesempatan bagi setiap pengunjung yang ingin berkonsultasi dengan sang "Dewa". Kawan yang iseng kemudian mengambil kesempatan dengan bertanya urutan nomer buntut "porkas" yang akan keluar minggu depan.

Sontak sang "Dewa" menjadi marah besar, dan mengejar kawan berserta seluruh teman-temannya, keliling Kelenteng. Entah karena mau diberi pelajaran mengenai dosa, atau sang "Dewa" marah karena tidak tahu jawabannya.

Dewa saja marah, apalagi penulis yang selalu dihubungkan dengan "angka buntut" ini. Adalah kompasianer Abdul yang rada maksa meminta penulis mencurahkan isi ilmu mengenai nomor togel.

Baiklah... Mari kita mulai dari sejarah.

Entah kapan dan siapa yang membawa permainan yang memiliki nama asli 'Toto' ini masuk ke Indonesia, meskipun ditenggarai sudah ada sejak zaman era kolonial Belanda.

Mengapa demikian? Karena permainan ini menggunakan angka dan huruf, yang dikenal sebagai literasi asing di kala itu. Kebudayaan lokal kita tidak mengenal huruf latin maupun angka romawi.

Saat Belanda mulai menajamkan tajinya di bumi Nusantara, Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia, melegalkan sistem permainan ini sebagai salah satu sumber hiburan, sekaligus pendapatan bagi pemerintahannya.

Semua orang, tanpa melihat sukunya, diperbolehkan untuk bermain lottere toto ini. Sejak saat itu, bangsa Indonesia mulai mengenal permainan yang terus berlangsung hingga kemerdekaan.

Setelah Indonesia menjadi negara yang berdaulat, presiden Soekarno memiiki pekerjaan rumah yang besar untuk memperbaiki mental generasi muda. Terbitlah Keppres No.114 tahun 1945 yang menyatakan bahwa segala bentuk perjudian lottere dianggap ilegal, karena merusak "moral anak bangsa".

Meskipun demikian, masyarakat yang sudah terlanjur familiar dan menikmati kecanduannya, kemudian menimbulkan eksistensi dari 'Togel' yang merupakan kepanjangan dari 'Toto Gelap'.

Sumbernya bisa berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kelas RT, RW, hingga level internasional.

Setelah era Soekarno berakhir, lottere Toto bisa dimainkan kembali, dan sistemnya diatur oleh pemerintah daerah dan pusat. Namun demikian, meskipun namanya adalah Toto, permainan ini tidak dimaksudkan untuk judi.

Katanya sih, "cuman sekedar kupon olahraga berhadiah". Pada tahun 1968, pemda Surabaya mengeluarkan produk "Lotto" atau "Lottere Totalisator". Tujuannya untuk mengumpulkan dana PON yang akan diadakan di Surabaya.

Pun ada juga istilah NALO (Nasional Lottere), yang dibentuk oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.

Hingga akhirnya terbentuklah Kupon Berhadiah Porkas Sepak Bola yang resmi dijual bebas, pada tahun 1985. Kupon yang bermaksud untuk menunjang pegembangan dan pembinaan prestasi olahraga Indonesia ini, bahkan diresmikan melalui perundang-undangan undian berhadiah.

Pemerintah berdalih bahwa undian tidak akan membawa dampak buruk dalam kehidupan sosial. Maka dari itu, permainan ini semakin memasyarakat dan berubah nama menjadi KSOB (Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah) dan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah).

Penyelenggaraan ini sebenarmya mengikuti sistem yang dilakukan oleh Inggris dan Singapura. Dalam kurun waktu satu tahun saja, SDSB berhasil mengumpulkan dana masyarakat sebesar 221,2M. Jumlah yang fantastis di kala itu.

Namun sayangnya, korupsi yang merajalela, tidak membuat dana ini tersebar dengan luas di masyarakat. Akhirnya MUI dan beberapa organisasi lainnya memberi keputusan untuk mengharamkan kegiatan ini.

Akan tetapi masyarakat yang sudah terlanjur tergila-gila kemudian tetap melanjutkannya dengan cara sembunyi-sembunyi, mengikuti pasaran Singapura. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi, masyarakat pun bisa membeli langsung kepada pemerintah singapura, tanpa melalui perantara lagi. 

Alhasil, bagaimanapun bentuknya, apapun alasannya, Togel sudah menjadi bagian dari asimilasi budaya di Nusantara.

Memenangkan togel bagai mendapat durian runtuh, tak peduli berapa banyak uang yang sudah habis keluar, tetap cerita dibalik kemenangan akan mendatangkan pujian dan kemahsyuran.

Jika mereka diminta menceritakan kisah suksesnya, maka 'Kemurahan Tuhan' menjadi alasan terbesar. Mereka terpilih melalui tanda-tanda alam, baik dari kejadian nyata, seperti bertanya kepada orang gila yang lewat, usaha spiritual, seperti semedi di kuburan angker, maupun dari dunia mimpi.

Adapun arti dari mimpi kemudian bisa diinterpretasikan dengan cara masing-masing. Teori yang paling lazim adalah angka pada 'shio'. Misalnya mimpi 'naga', maka tahun kelahiran atau usia mereka yang bershio 'naga', dijadikan patokan.

Adapula yang menghubungkan unsur Numerologi, seperti pada kata NAGA, diterjemahkanlah huruf per huruf berdasarkan urutannya pada alfabet. N=14, A=1, G=7, A=1, sehingga NAGA adalah 14+1+7+1 =23.

Namun diantara semua, buku tafsir mimpi yang konon berasal dari budaya Primbon, menjadi yang paling sakral di antara semuanya. Dibuatlah sebuah buku panduan yang beredar dengan model stensilan di zaman SDSB.

Dalam buku tersebut, setiap mimpi diartikan dengan angka. Misalnya payung adalah angka 43, kerbau adalah angka 27, gadis muda adalah angka 69, dan seterusnya.

Tidak ada penjelasan berlogika, tidak ada standarisasi, bahkan setiap penerbit dan penyunting yang bergelar "Mpu, Mbah, Suhu" punya versinya masing-masing.

Terkait hal ini, ada dua buka yang paling terkenal di zamannya, yaitu: 1001 Tafsir Mimpi dan Mujarrabat. Nah kedua buku ini, meskipun tidak sama, namun tetap memiliki hubungan mengenai 'mimpi-bermimpi'.

Buku 1001 tafsir mimpi disebutkan sebagai pedoman terjitu dalam menafsir angka dalam mimpi. Namun masalah lainnya, banyak yang tidak bisa bermimpi, atau memimpikan pedoman yang salah.

Nah, buku Mujarrabat, konon berisikan doa-doa kuno untuk memudahkan mimpi yang mujarab bagi penggemar togel.

Apakah ada cara menafsirkan togel? 

Di singapura sendiri, penjual loterei toto banyak beredar di depan kelenteng-kelenteng terkenal. Dengan harapan agar para pendoa, yang kebetulan berdoa untuk menang toto, dapat membeli dari mereka.

Pun halnya dengan beberapa kelenteng, nomor-nomor acak sering menjadi bingkisan bagi mereka yang sudah beramal di kotak dana. Hasilnya? Ehem, paling tidak penulis sudah pernah mencobanya lima kali dan tidak sekalipun hadir sebagai pemenang.

Para ahli yang konon jago di matematika pun tak mau kalah. Katanya sih kemunculan angka berada pada polanya. Ia memiliki dua keyakinan, bahwa hidup ini adalah sebuah repetisi, dan bahwa ahli judi dunia menguasai perhitungan-perhitungan tertentu.

Sang ahli matematika pun menciptakan rumus dalam format excell dengan memasukkan data-data angka yang sudah pernah keluar sebelumnya. Hasilnya Luar Biasa! Serius! Meleset Semua!

Apakah anda masih memercayai adanya formula khusus yang dapat digunakan untuk memprediksi angka kemenangan?

Pertanyaan: Bagaimana jika nomor buntut ditanyakan kepada seorang Numerolog?

Jawaban: Tergantung penampilannya. Jika sang Numerolog adalah seorang yang berjubah, jenggot panjang pajangan, dan golok yang terhunus, maka ia pun akan mengejarmu keliling kelenteng!

Paham Doel!?

Referensi: 1 2 3 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun