Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kebiasaan Goyang Jari Vs Mitos Kaki Bergoyang

7 September 2020   06:00 Diperbarui: 7 September 2020   06:06 2323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: republikaseo.net)

Banyak mitos di balik kebiasaan jelek yang dianggap buruk, salah satunya adalah goyang kaki saat sedang duduk. Selain tidak sopan, juga tidak elok dipandang.

Sebuah video yang diunggah oleh papa membuat mama marah besar. Sebabnya kebiasaan ini dimiliki olehku, dan juga anak saya, Reinhard, dan Ryu-Kahn.

Berulang kali ditegur, nampaknya tidak bisa membuatku menghilangkan kebiasaan buruk ini. Jadilah jurus mitos menakutkan keluar dari mulut mama.

"Kamu dengar tidak, video itu bilang, kalau kebiasaan itu kamu terus lakukan, maka kamu akan melarat tiga turunan."

Waduh, kutukan yang tidak main-main. Baru saja saya ingin mengeluarkan bantahan yang berlogika, mama langsung menambahkan,

"Pokoknya kalau orangtua bilang apa, kamu dengar saja. Titik!"

Artinya diam dan hanya boleh mengatakan, "iya ma. Titik, tanpa koma."

Awalnya saya berpikir bahwa menggoyang kaki pada saat sedang duduk, adalah sebuah penyakit saraf ringan yang disebabkan karena pikiran yang tidak pernah tenang.

Goyangan ini akan semakin keras, jika dihadapkan dengan situasi serius, seperti sedang meeting atau menulis artikel. Namun ternyata, setelah diselidiki, kebiasaan ini disebabkan oleh 3 hal, yaitu:

Penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
ADHD adalah salah satu turunan dari autisme. Sering dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa. Kondisi ringan dapat menyebabkan penderita merasa rendah diri, gagap berbicara, hingga masalah hubungan. Sementara kondisi kronis berupa kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif.

Saya sendiri termasuk anak yang hiperaktif sewaktu kecil. Di saat dewasa, kebiasaan ini masih terasa, karena tidak bisa tenang berdiam di suatu tempat terlalu lama. Namun apakah diriku termasuk penderita ADHD, saya belum pernah memeriksakannya ke dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun