"Ini Tahun 2020! Indonesia akan hancur! Sebabnya? Nama Indonesia sampai sekarang belum berubah menjadi Viranegari Nusantara."
Ini adalah sebuah pernyataan yang sempat viral pada tahun 2014 lalu. Pencetusnya adalah seorang Doktor lulusan Univeristy of Metaphysics International, Los Angeles, yang bernama Arkand Bodhana Zeshaprajna.
Menurut Arkand, periode 2014 hingga 2023 adalah fase polaritas negatif yang berbahaya. Baginya, tanda-tanda kehancuran seharusnya sudah terlihat sejak tahun 2014 hingga mencapai puncaknya pada tahun 2020 ini. Â
Penyebab utama dari kehancuran ini tidak disebutkan, namun ditenggarai nama Indonesia lah yang akan menyebabkan timbulnya kehancuran ini. Oleh sebab itu, penggantian nama menjadi Nusantara adalah hal yang sangat penting.
"Dalam fase negatif seperti itu, jarang sekali hampir tidak pernah bahkan, bila satu perusahaan atau negara dengan polaristas fase memuncak tak bisa melampauinya. Tak pernah ada. Jadi kita sangat berbahaya bila kita tak menggunakan nama nusantara," jelasnya.
Selain itu, Arkand juga mengatakan bahwa nama Nusantara adalah sebuah simbol semangat dan kebesaran bagi bangsa ini. Â
Usulan penggantian nama ke Nusantara bukan tanpa alasan. Sebab menurutnya, dalam struktur nama, Nusantara tak mempunyai angka merah dan bisa membuat kehidupan yang semakin baik untuk orang-orang yang berada di dalamnya kelak.
Selain itu, kata Indonesia sendiri tidak berasal dari orang Indonesia atau pribumi. Kata Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh James Richardson Logan pada tahun 1850, yang disingkatkan dari nama Indian Archipelago (Kepulauan Hindia).
Menurut Arkand, nama pemberian dari bangsa asing, akan membuat perjalanan bangsa ini terseok-seok. Â
Untuk menghitung struktur nama, Arkand telah mengembangkan piranti lunak metafisika buatannya, yang ia berikan nama Arkand Secret Code. Istilah seperti Synchronicity Value, Coherence Value, dan lain sebagainya, semuanya menunjukkan angka 'merah' bagi nama Indonesia.