Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Kali Selamat dari Serangan Bom Atom, Inilah Kisah Tsutomu Yamaguchi

9 Agustus 2020   19:29 Diperbarui: 9 Agustus 2020   19:34 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tsutomu Yamaguchi (sumber: hariansejarah.id)

Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki meninggalkan banyak kisah humanis. Para korban mengisahkan kehidupan mereka sebagai saksi hidup salah satu sejarah manusia yang paling kelam.

Hingga kini, terdapat sekitar 136.700 Eniijuu Hibakusha atau para penyintas yang berada di bawah program perawatan kesehatan pemerintah.

Salah satunya adalah Tsutomu Yamaguchi yang berhasil selamat dari dua serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki sekaligus.

Ia adalah seorang insinyur perkapalan di Mitsubishi Heavy Indrusties. Pada pertengahan tahun 1945, perusahannya mengirimnya ke Hiroshima beserta dua rekannya.

Pagi tanggal 6 Agustus, seharusnya merupakan pagi terakhir bagi Yamaguchi di Hiroshima. Ia akan segera pulang ke Nagasaki tempat kelahiran dan sekaligus rumah bagi keluarga besar, istri, dan anaknya yang baru berusia beberapa bulan.

Naas bagi dirinya, suara mesin pesawat udara yang didengarnya pagi itu adalah pesawat pengebom B-29 milik Amerika Serikat. Tidak sampai hitungan menit, kilatan cahaya membutakan matanya. Bom atom pertama Hiroshima meledak di depan matanya.

Saat sadar setelah jatuh tersungkur, Yamaguchi merasakan sakit yang teramat sangat. Untungnya ia masih bisa bergerak dan segera pergi meninggalkan tempat itu, menuju ke arah reruntuhan galangan kapal Mitsubishi tempatnya bekerja. Di sana ia menemukan dua rekan kerjanya yang masih hidup.

Setelah menghabiskan malam yang penuh ketegangan di tempat penampungan, keesokan paginya ia memutuskan untuk pergi ke stasiun kereta api. perjalanan yang ia lalui penuh dengan kengerian.

Api masih berkobar, bangunan hancur, dan mayat-mayat bergelimpangan di jalan. Bentuk mayat tidak karuan, dan Yamaguchi menggambarkan kulit mereka bagaikan "lelehan plastik yang bergantung."

Ia harus berenang di sebuah sungai yang penuh dengan tumpukan mayat yang mengambang agar bisa sampai ke stasiun, karena jembatan-jembatan di Hiroshima telah hancur.

Hari itu Yamaguchi naik kereta malam ke kampung halaman di Nagasaki dan berharap bisa mendapatkan rasa aman setelah berkumpul bersama keluarganya di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun