Penah mendengarkan ramalan Nostradamus (1503-1566) yang menggemparkan dunia? Ternyata dari zaman Dinasti Tang, Tiongkok Kuno (abad 7M), ada juga dua peramal terkenal yang bernama Li Chunfeng dan Yuan Tiangang.
Baca juga: Puisi Sang Peramal Nostradamus yang Bikin Dunia Kalang Kabut.Â
Sama seperti Nostradamus yang menyusun ramalan dalam bentuk puisi kuatrain (puisi empat baris) pada bukunya 'Les Propheties', Li dan Yuan, juga menciptakan sejumlah karya puisi yang dirangkumlan dalam buku berjudul 'Tu Bei Tu' atau arti harafiahnya adalah 'gambar menggosok punggung.'
Sama halnya dengan puisi Nostradamus yang sering dihubungkan dengan kejadian penting dunia, buku yang berisikan 60 puisi yang dipadukan dengan lukisan sederhana tersebut, oleh banyak ahli metafisika, disebutkan mampu meramal masa depan Tiongkok. Â
Menariknya, disebutkan bahwa dari 60 karya puisi tersebut, sudah sebanyak 55 telah menjadi kenyataan. sementara Puisi ke-56 hingga ke-60 disebut sebagai ramalan akhir zaman.
Nah, sebelum kita membahas mengenai ke-lima puisi yang belum terjadi, penulis akan memberikan beberapa contoh puisi yang telah berhasil diprediksikan;
Puisi ke-54: Pembantaian Massal di lapangan Tianmen.
"Kekacauan menghasilkan kematian, namun berakhir damai. Manusia tertawa tapi menangis. Mereka tidak berpikir secara logika. Mencukur rambutnya, mengupas kulitnya, dan tetap bersikap perkasa. Pada insiden ini, naga sejati telah lahir. 9 kelokan air sungai kuning tidaklah kuning."
Pada insiden lapangan Tianmen, sekitar 300 mahasiswa terbunuh. (Mencukur rambutnya, mengupas kulitnya, dan tetap bersikap perkasa), mengartikan para pemrotes hanya mengenakan piyama dan berpuasa selama seminggu, dan masih bertahan disana.
(Pada insiden ini, naga sejati telah lahir) yang mengatakan pemimpin baru akan muncul setelah insiden ini. (9 kelokan air sungai kuning tidaklah kuning) merujuk kepada nama sang pemimpin.
Sebelum insiden Tianmen ini, Den-XiaoPing sebenarnya telah menunjuk Zhao-Zeyang sebagai penggantinya, namun Zhao yang lebih berpihak kepada mahasiswa kemudian ditangkap, dan Jiang-Zeming lah yang menjadi pemimpin selanjutnya.