Sore ini, seperti biasa, aku menelusuri laman Kompasiana mencari artikel yang sekiranya menarik untuk dibaca. Perhatian tertuju pada komentar dari sebuah wajah yang familiar, namun nama terasa asing.
Setelah aku mengunjungi laman si pemilik dengan nama Valli Andipa tersebut, ternyata ia adalah salah satu Kompasianer favoritku, yang "dulunya"Â bernama Fadly Bahari.
Saya pun membalas komentar beliau, "Wah ternyata sudah ganti nama ya, Mas Fadly. Makanya aku heran, kok sudah lama tidak menulis."
Mas Fadly pun menjawab, "iya nih Mas Rudy, lagi ganti suasana."
Oke, amanlah, nama yang dulu Fadly Bahari, kini adalah Valli Andipa. Catat itu!
Aku memiliki kebiasaan memilih artikel di Kompasiana yang judulnya benar-benar menarik, atau tulisan dari penulis yang sudah aku kenal.
Dengan demikian, dalam kasus Mas Fadly yang kini telah berubah menjadi Mas Valli, membuatku telah kehilangan beberapa seri tulisannya.
Mungkin suasana akan terasa nyaman dengan perubahan nama. Pun ada juga Kompasianer yang bernama Bobby, yang akhirnya insaf dan kembali menggunakan nama aslinya, meskipun sekarang "kumat lagi" dan menggunakan kembali nama "Ruang Berbagi."
Nama bagi seorang Kompasianer adalah unik adanya. Menjadi identitas dari penulis yang akan muncul pertama di benak pembaca.
Tentu, nama yang sudah terkenal dari beberapa penulis, menjadi pilihan utama pembaca. Selain itu, frekwensi interaksi, juga dapat membuat nama menjadi familiar. Namun tidak dapat dipungkiri, nama yang unik, bisa menaikkan tingkat keterbacaan artikel.
Nah, setelah aku lihat secara seksama, ada beberapa jenis kategori penggunaan nama di Kompasiana.