Perhatian penulis tertegun pada sebuah konten sponsor dengan judul "uang selalu datang melimpah, jika benda ini ada di rumah." Sebenarnya "benda" tersebut sudah berada lama dan cukup sering muncul di laman Kompasiana.
Namun penulis tidak pernah menanggapinya terlalu serius, karena selain kebiasaan tidak suka membaca segala bentuk artikel sponsor (mohon maaf :), judul tersebut juga terasa sangat "cliche."
Namun entah angin apa yang berhembus pada pagi ini, jari penulis tak tertahankan membuka laman tersebut, dan ternyata isinya adalah mengenai "Money Amulet" (jimat uang), lhaaa...
Emang sih, ini adalah konten sponsor, dalam arti siapapun yang ingin mempromosikan produknya, tentunya tidak masalah. Namun "Money Amulet?" pasti menarik!
Penulis tidak ingin membahas mengenai konten dari artikel tersebut, yang entah sudah mendapatkan beberapa kali label AU, dan menjadi yang terpopuler.
Yang pasti, artikel ini bukanlah ciptaan Kompasianer, begitu pula dengan komentar yang ditinggalkan oleh Dinda, Rani, Wina, Yuni, dan semua orang yang hanya memiliki nama depan saja.
Namun foto "picture-profilenya" yang terlalu bagus, rasanya patut diikuti oleh para Kompasianer deh.
Oke, kembali ke topik utamanya, "Money Amulet".
Di jaman sekarang yang sudah sangat modern, apakah "Money Amulet" atau jimat-jimat lainnya masih efektif untuk mendatangkan uang? Jika iya, maka hal ini akan terasa sangat pas di saat pandemi melanda, dan ekonomi lagi susah-susahnya.
Jaman boleh berubah, tapi rasa keinginan besar manusia untuk mendapatkan keberuntungan secara instan akan tetap ada. Keberadaan "Money Amulet" ditenggarai sudah ada sejak jaman dahulu dan jauh sebelum Corona dikenal.
Meskipun terkesan agak sedikit "sinis" dengan konten sponsor tersebut, namun sebenarnya penulis juga memiliki lebih dari 10 jimat keberuntungan yang dikoleksi dari setiap kelenteng yang dikunjungi lho.