Pada saat membaca "tantangan" Topik Pilihan "Temukan Resep Barumu" di Kompasiana, maka yang pertama muncul dari benak penulis adalah "yahhh... resep lagi, resep lagi"
Bukan tanpa alasan, sebagai pemerhati bongkar pasang kue-kuean sekaligus praktisi jual beli bahan kue-kuean selama beberapa tahun terakhir, resep kue menjadi salah satu bagian dari dokumen penting perusahaan.
Selalu menjadi incaran emak-emak sejak jaman bahulea, kalau dikasih gratis dianggap tidak penting, kalau dijual dianggap melinting. Namun memang komoditi yang satu ini selalu menjadi koleksi bergengsi.
Tidak sedikit juga toko bahan kue yang menjualnya dengan harga yang tidak bernurani, namun tetap saja dibeli meskipun bikin sakit hati.
Dijaman now, pada saat akses informasi sudah terbuka lebar, dunia mayapun dipenuhi dengan resep-resep kue. Bisa dibayangkan, jari-jari lentik para emak menggerayangi seluruh tubuh penjuru maya untuk mencari resep-resep kekinian.
Apalagi dijaman WFH DKK akibat PANDEMI DLL, Bukan emak namanya jika tidak membeli bahan, menyiapkan wajan, memanaskan panggangan dan eksis di Medsos.
Pun dirasakan oleh penulis dalam kesehariaanya yang berdagang TEPUNG DST, semakin banyak emak yang dulunya tidak pernah hadir dalam keseriusan, kini tampil dengan hati berbunga menghadapi malam pertama sebagai Chef.
Memang mencari resep ini susah-susah gampang, meskipun banyak tersedia di jagad maya, mulai dari viralnya "Kopi Dalgona" (alias yang kekinian) hingga ke resep "menanak nasi tanpa basi"Â (alias itu lagi, itu lagi).
Kadang waktu yang diluangkan untuk mencari resep pun lebih lama dari memasak. Belum lagi kendala informasi yang tidak lengkap, tehnik yang sulit, typo melulu, bahkan kesengajaan "menjaga kerahasiaan nasabah". Astagafirullah, untuk apa berbagi jika tidak berbaik hati? Betul kan?
Berdasarkan pengalaman selama berkutat dalam bidang kue-kuean dan menjalankan pelatihan baking-membaking, penulis ingin berbagi kisah, pengalaman, dan tips untuk mencari resep tanpa basi.
Pada saat Corona masih belum eksis, penulis sering mengadakan kegiatan masak-memasak bebayar. Modelnya bisa berupa kelas demo, yang dihadiri oleh 50 hingga 100 peserta, hingga kelas hands-on yang biasanya diikuti oleh sekitar 10 hingga 25 orang saja.