Nah bagaimana dengan para calon pesilat seluruh penjuru Kang-Auw yang ingin eksis menjadi pendekar? Perguruan mana yang lebih baik? Apakah "Tinju Selatan" atau "Tendangan Utara?"
Mereka yang telah memiliki otot lengan yang kekar dan kuat, tentu lebih disarankan untuk mendaftar sebagai murid perguruan Selatan, demikian pula sebaliknya.Â
Nah, bagaimana menentukan, apakah seseorang lebih berbakat sebagai penulis atau pembicara? Apakah kita harus kembali kepada karakter diri masing-masing?
Pada umumnya teori psikologi mengatakan bahwa manusia terdiri dari beragam karakter. Tidak dapat dipungkiri bahwa kepribadian inilah yang menentukan jurus mana yang paling efektif dipelajari untuk menjadi pendekar tanpa tanding.
Dari berbagai macam teori psikologi, yang manakah yang paling mampu menjelaskan mengenai bakat sebagai penulis atau pembicara?
Apakah mereka yang introvert lebih memiliki kemampuan sebagai penulis, dan sang ekstrovert lebih berbakat sebagai pembicara?
Atau teori yang lebih kekinian seperti Hippocrates-Gallenus, yang membagi empat karakter manusia sebagai Tipe Sangunis, Koleris, Melankolis, dan Plegmatis bisa digunakan untuk menjelaskan hal ini?
Atau mungkin para praktisi metafisika Tiongkok Kuno dapat menjelaskannya dari sisi filsafat Yin-Yan, Shio, atau lima elemen (logam-air-api-tanah-kayu)?
Pada artikel berikutnya, saya akan membahas hal ini dari sisi Numerologi dengan judul "Pertikaian Perguruan Pembicara Selatan vs Penulis Selatan didamaikan dengan Ilmu Angka."
Namun untuk sementara, marilah kita sama-sama membantu kedua perguruan ini untuk mencari murid-murid yang berbakat.
Apakah para praktisi edukasi, pengamat sosial, psikolog, pemuka agama, atau paranormal dapat memberikan masukan? Atau mungkin memiliki pengalaman pribadi tersendiri? Silahkan menambah wawasan dengan menambah cerita, pengalaman atau pengetahuan singkat pada kolom komentar. Â