Dalam kitab keyakinan kepercayaan dan kitab kang-auw khayalan, bebohong sudah pasti adalah dosa. Tidak bisa ditawar dan tidak ada pengecualian.
Kalau berdosa, ganjarannya masuk neraka. Api-nya kejam memanas membakar jiwa yang gamang berdusta.
Mari kita jujur, adakah manusia yang tidak pernah berbohong? Tidak ada manusia yang tidak berdosa, mungkin itu jawaban yang paling tepat.
"Disinilah makna berdoa dan mohon ampun.", begitu kata pemuka agama yang kebetulan tetangga.
"Tapi saya berbohong demi kebaikan loh... Kalau berkata sejujurnya, ayah saya bakal sakit jantung."
Pemuka agama darimanapun akan bingung menghadapi dilema berbohong atas nama kebaikan. Buntut buntutnya, "mari kita berdoa agar dosa diampuni."
Lupakan Iblis, abaikan malaikat... Manusia pada dasarnya terlahirkan sebagai pembohong, termasuk penulis. Jangan merepotkan Tuhan, karena manusia adalah pendosa.
*****
Lucunya, kadang manusia suka dibohongi dan lebih parah lagi, yang berbohong kadang tidak sadar bahwa dia sedang berbohong.
Konon kabarnya, beberapa kasus dapat menjadi pengecualian. "Berbohong atas nama kebaikan" atau bertemu dengan kondisi "terpaksa berbohong"Â adalah alasan yang paling klasik.
Ditambah lagi dengan sifat manusia yang suka memaafkan, maka kadang kebohongan bukanlah masalah, apalagi jika sudah ada bumbu rayuan gombal.