Masih ingat dengan film Hollywood yang berjudul Back To The Future? Mungkin bagi milenial, film yang disutradarai oleh Robert Zemeckis itu tidak berarti apa-apa,tapi bagi penulis yang masuk dalam kategori Pra-Gen X, film tersebut mempunyai euphoria yang sama dengan film Avengers di zaman now.
Hadir dalam trilogi, film tersebut menceritakan mengenai adanya mesin waktu hasil karya Doc (Christopher Llyoid), seorang ilmuwan eksentrik yang dapat membawa Marty (Michael J Fox) mengarungi perjalanan menembus waktu.
Yang menarik perhatian penulis adalah, film tersebut dibuat dalam kurun waktu 1985-1989. Pada bagian ketiga (1989), ada sebuah perjalanan menuju masa depan, persisnya di tahun 2015. (Tentunya ini adalah masa lalu buat kita sekarang).
Masa depan (tahun 2015) digambarkan dengan cara yang sangat futuristik, di mana ada mobil terbang di atas kota Los Angeles, hologram yang menyerupai keaslian sebagai pengganti billboard, dan sepatu yang dapat mengikat dirinya sendiri.
Hmm... Sayangnya kita tidak menemukan mobil terbang dan hologram di pusat keramaian kota metropolitan. Film ini tentu bisa menjadi bahan tertawaan pada zaman sekarang, karena apa yang digambarkan tidak menjadi kenyataan (setidaknya di tahun itu).
Namun pada zamannya, film tersebut cool banget, dan banyak yang mengharapkan apa yang digambarkan dapat menjadi kenyataan. Oke, tidak apa apa, imajinasi tidak terbatas pada waktu. Bisa saja mobil terbang akan ditemukan pada tahun 2035, sisa 20 tahun lagi.
Bagaimana dengan smartphone yang sudah lazim ditemukan pada zaman now? Ternyata film tersebut tidak menggambarkan manusia yang sibuk dengan gadget-nya masing-masing.
Apakah ini petanda bahwa detoks digital sudah mendekati kenyataan? Atau mungkin sang sutradara merasa terganggu dengan kenyataan anti-sosial pada milenial, sehingga scene tersebut dihilangkan dari film? Tidak ada yang tahu.
Jika kita menyatakan bahwa film tersebut adalah ramalan, dari seseorang yang memiliki kemampuan visual terhadap masa depan, maka penulis mengatakan, gagal total.
Penulis masih penasaran untuk mencari, adakah seseorang di dunia ini yang betul-betul mampu untuk meramal masa depan? Jika ada, maka penulis berkeinginan untuk belajar, meskipun harus berpuasa 7 hari 7 malam.
Ini dapat menjadi bisnis yang bagus, karena pasar permintaan untuk para cenayang masih terbuka lebar di negara +62.