Banyak dari manusia memang tidak pernah tahu sebelumnya dimana mereka terlahir dan dari siapa mereka lahir. Manusia baru sadar ketika manusia berpikir dia ada kemudian tersadar dengan hidup yang sudah dijalani sejauh ini karna kesengsaraan sekaligus kenikmatan yang mereka dapat. Banyaknya yang sama-sama terlahir disini membuat persaingan sesama yang terlahir itu ada, bahkan menjadi hal yang biasa.
Tidak jarang persaingan itu dibumbui dengan saling menjahati, membenci dan bahkan tidak pernah peduli antar sesama manusia yang terlahir itu.Tetapi tidak semua manusia yang terlahir itu menciptakan persaingan bahkan ada juga saling menjunjung persaudaraan. Bagi para manusia yang sadar, terlahir bukanlah untuk bersaing namun ajang untuk saling membantu meringankan beban sesama manusia yang terlahir itu.
Sulit terkontrolnya manusia yang terlahir memberi dampaknya sendiri. Semakin banyaknya manusia yang terlahir membuat persaingan untuk hidup benarlah nyata. Persaingan hidup manusia yaitu mencari ruang-ruang kosong kenikmatan hidup pasca terlahir. Kini hidup nikmat merupakan tujuan setiap manusia, bahkan tidak sedikit pula manusia yang tidak peduli lagi jika kenikmatanya diraih karna menyengsarakan manusia lain.
Hak asasi manusia seharusnya juga menjadi garda terdepan membantu meringankan beban manusia yang terlahir. Hak asasi manusia juga harus berfokus pada masalah kelahiran manusia. Dimana manusia yang terlahir juga harus dijamin kesejahteraannya terlahir didunia. Hak asasi manusia harus membantu para manusia sengsara karna imbas persaingan kehidupan dunia yang semakin padat manusia.
Semakin banyaknya manusia yang terlahir bukan hanya menyebabkan persaingan hidup sesama manusia semakin berat. Namun yang lebih substansial dari itu yaitu berkurangnya sumber-sumber lahan pangan karna dijadikan pemukiman-pemukiman manusia. Kurangnya lahan pangan merupakan sebab utama kemiskinan, kesengsaraan bahkan juga kejahatan yang terus bertambah angkanya didunia.
Sudah seharusnya kelahiran manusia harus dibatasi untuk keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Disinilah hak asasi manusia harus hadir menjadi pengatur kebijakan angka kelahiran manusia. Jika angka kelahiran tidak ditekan bukan hal yang mustahil manusia kedepan terlahir sudah dalam keadaan sengsara. Apakah kita mau melahirkan generasi yang sengsara hidupnya? Pilihan ada pada manusia yang hidup kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H