Ubermensch dalam konsep pemikiran Fredrich Nietzsche merupakan seorang manusia super. Manusia yang melampaui. Dimana benih-benih manusia unggul terpampang jelas sebagai identitas anak manusia tersebut.
Ubermench sendiri yang disinyalir sebagimana manusia unggul. Manusia yang mampu menjadi pembaharu. Tak ubahnya dalam mitologi Jawa dapat di sepadankan dengan Satrio Piningit. Atau orang-orang yang mampu berperan besar dalam kemanusiaan. Kiprahnya selalu ditunggu sebagai obat dari kemunduran zaman terdegradasinya moralitas kemanusiaan.
Bagaimana sebenarnya kita semua dapat memandang ubermensch itu atau manusia super di abad ke-21 ini? Maka dengan zaman yang begitu sulit ditengah semakin banyaknya manusia, jumlahnya terus mengalami kenaikan jumlahnya. Menjadi masalah tersendiri membutuhkan solusi.
Sumber daya yang semakin tergerus oleh banyaknya manusia di bumi. Sehingga masalah ekonomi menjadi titik masalah hidup manusia saat ini. Mengancam kualitas keberadaan generasi kebanyakan. Serta distribusi kekayaan yang semakin timpang. Memperlebar jarak antara orang kaya dan miskin. Korupsi merajalela disetiap lini pejabat Negara yang menghambat daya hidup masyarakat.
Kekayaan sebagaimana menjadi akomodasi hidup seseorang lebih baik bagi semua orang. Anak-anak yang lahir juga butuh diakomodasi dengan biaya yang tidak sedikit untuk melanjutkan hidup seperti kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan berbagai pemenuhan kehidupan yang layak bagi anak.
Orang kebanyakan kini. Yang hidup dengan standar rendah bahkan cenderung mengalami berbagai masalah ekonomi. Dimana di adab ke 21 pendidikan semakin mahal. Ketidakpastian dan gejolak ekonomi yang tidak dapat di prediksi. Membuat melahirkan generasi kini mengalami tantangan berat untuk membentuk ubermench atau manusia unggul.
Membentuk Generasi Unggul
Karena pada faktanya untuk membentuk generasi yang unggul diperlukan kemampuan ekonomi yang baik di abad ke-21. Disamping ekonomi yang baik. Wawasan dari orang tua anak juga mempuni dapat menuntun anak. Memberikan pengertian yang benar. Bagaimana seorang anak tidak hanya menjadi beban peradaban tetapi juga menjadi solusi lebih baik untuk peradaban.
Ditengah angka kemiskinan yang semakin bertambah. Biaya hidup yang semakin mahal. Disamping itu pola-pola hidup konservatif. Hidup tanpa berhitung di masyarakat masih tergolong tinggi ditengah hidup tidak lepas dari hitung-hitungan uang.
Masih banyak orang yang tidak dapat membedakan antara asumsi dan fakta. Sebagian orang justru masih berpikir bahwa memiliki anak banyak walau ekonomi pas-pasan sebagai sarana menambah rezeki.