Selain itu. Tidak bebasnya di jual Bir dalam perhelatan piala dunia Qatar di sembarang tempat. Atau aturan ketat pada symbol-simbol LGBT yang tak boleh di demonstarasikan di lapangan di qatar. Menjadi salah satu keunikan piala dunia Qatar.
Tentu yang berbeda dari Negara-negara yang menyelengarakan piala dunia sebelumnya. Artinya piala dunia Qatar 2022 juga merupakan hal yang menarik. Setidaknya itu dari sudut pandang saya.
Bukan saya orang anti pada bir atau LGBT tidak juga. Saya mana ada urusan dengan begitu-gitu. Saya tidak peduli itu urusan orang lain.
Tapi ini timnas Jerman yang angkat koper lebih dini. Mungkinkah factor awal pertandingan Jerman di gelaran piala dunia melawan Jepang.
Mereka mengungkapkan aksi protes dengan menutup mulut di sesi foto sebelum laga. Menjadi factor dominan tidak foksunya Jerman pada pertandingan? Yang mana usut punya usut membawa misi politik membela LGBT yang ditentang habis di Qatar?
Arsene Wenger, Sepak Bola dan Politik
Berbicara politik dan sepak bola. Jika ditelaah lebih dalam memang tidak matuk alias tidak akur. Sepak bola seharunya untuk sepak bola. Demikian juga politik seharusnya untuk politik seperti solideritas LGBT dan sebagainya.
Masalah Bir atau apapun itu. Bagi saya olahraga sudah seharunya juga menghormati budaya setempat. Sebab bagaimanapun olahraga juga bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Artinya factor humanism juga harus dijunjung atas nama budaya setempat. LGBT karena tak diakui sebagai budaya setempat. Seharusnya tak disuarakan pun ya tidak apa. Negara atau tim sepakbola manapun seharunya sudah final dengan itu dan tak membahasnya.
Maka oleh sebab itu. Tim Jerman yang secara terang-terangan berpolitik atas nama LGBT yang perlu dibela. Yang mana LGBT dunia juga saat ini menjadi gerakan politik yang massif di seluruh dunia. Banyak dari mereka khususnya di Negara barat menuntut persamaan dan harus diakui Negara bagi LGBT.
Jika Negara tertentu tidak mentolerir seperti Qatar dalam politik LGBT. Mungkinkah olahraga menjadi sarana menyuarakan itu?