Kepopuleran Anies Baswedan sebagai Calon Presiden 2024 memang tidak terbendung. Setidaknya progres dari berbagai lembaga survai yang ada, nama Anies selalu jajaran teratas lembaga survay.
Akan tetapi dengan 2024 yang masih jauh jika dipandang mata dari sudut pandang orang biasa saja, yang tak begitu mengikuti politik dan hiruk pikuknya. Â Apakah nama Anies bisa terus meroket kepopulerannya menuju pilpres 2024?
Dengan prestasi Anies dan berbagai kontroversinya di dalam kebijakan-kebijakannya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dielu-elukan pendukungnya. Disisi lain juga dinyinyiri oleh yang kontra dirinya sebagai bagian dari demokratisasi pemerintahan dan kebijakannya.
Menganggapnya Anies Baswedan hanya pandai beretorika. Mungkinkah demikian justru akan mempopulerkan nama Anies Baswedan sendiri dalam kancah perpolitikan? Sebab antara yang pro dan kontra pada Anies Baswedan sangat dinamis?
Tidak dapat ditampik, saat ini dan yang waktunya semakin mendekati tahun 2024 setidaknya bagi para politikus dan partai yang akan menggelar hajat pemilu.
Sepak terjang Anies Baswedan yang mempopulerkan namanya sebagai salah satu kandidat capres 2024 yang potensial sudah terbilang tidak terbendung, seperti air terjun yang mengalir dari ketinggian seribu meter, deras!
Buktinya semakin hangatnya tensi politik menuju 2024, salah satunya lirikan-lirikan terhadap calon yang potensial sebagai capres itu sendiri termasuk Anies Baswedan yang juga namanya masuk dalam bursa capres 2024.
Salah partai yang merekomendasikan Anies Baswedan sebagai Capres 2024 yakni Partai Nasdem. Disusul dengan dua kandidat lainnya seperti Ganjar Pranowo dan Jendral Andika Prakasa. Nama yang direkomendasikan oleh Nasdem dalam rakernas partai itu tahun 2022 ini.
Kiprah Anies Baswedan
Kesuksesannya Anies membangun JIS atau Jakarta Internasional Stadium sebagai tolak ukur prestasi Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang dipandang positif oleh pendukungnya.
Serta kebijakan-kebijakannya di luar kebiasaan pemerintahan seperti inovasi nama rumah sakit diganti menjadi rumah sehat, serta apresiasi jalan diganti dengan budayawan betawi dan tokoh-tokoh berpengaruhnya.
Menjadi catatan bahwa diantara yang pro dan kontra akan selalu mencuat dalam pembicaraan public, yang akhirnya juga akan mampu mendorong populernya Anies Baswedan.
Ditambah populernya Anies Baswedan, ditangah hiruk-pikuk politik yang dipamerkan oleh partai politik yang justru stagnan tanpa inovasi wacana politik. Macam tidak ada inovasi politik yang beradu gagasan masa depan politik itu sendiri.
Sebab pembahasan geo politik, ekonomi ditengah ketidakpastian yang membuat Sri Mulyani kwatir pada adanya stagflasi global, yang memperngaruhi ekonomi Indonesia meski keuangan Indonesia diprediksi akan baik-baik saja.
Seharusnya itu yang menjadi ruang-ruang diskusi partai politik yang ada dengan bidang masing-masing mereka di kepartaian. Bukan hanya pembahasannya kekuasaan jabatan politik saja tetapi meminggirkan esensi politik itu sendiri sebagai ruang gagasan kebijakan publik.
Oleh sebab itu perbincangan politik baik di akar rumput, maupun pusaran lingkaran elite, saat ini hanya terbatas konsolidasi dari poltik sesama partai politik yang di kedepankan.
Agenda besarnya adalah bagaiamana menciptakan tokoh politik yang mampu meraup suara masyarakat dan partainya dipercaya masyarakat untuk dipilih sebagai daya tawar menuju gemapt gempitanya kekuasaan..
Mungkin dengan kendornya partai di Indonesia berbicara gagasan, ide-ide, dan hanya berbicara kekuatan, bagaimana meraih kekuasaan politik saja secara absolud.
Ditambah jumlah parati yang kian menjamur dari yang lawas hingga yang baru dibangun. Menambah perbicangan partai politik di public yang semkin hangat dengan narasi politik yang ditampilkan di berbagai media.
Itulah mengapa kepopuleran tokoh-tokoh politik itu semakin terdepan di dalam wacana berpolitik itu diantara menarik suara dan kekuasaan di Indonesia menjadi terang benderang saat ini.
Seperti fenomena nama Anies Baswedan, apakah namanya sendiri semakin melesat jauh sebagai wacana politik publik? Yang mana media sebagai instrument demokrasi, memberikan sudut pandang yang koperhensif untuk mengerakan politik pada tokoh-tokoh politik?
Relawan Politik Menjalar
Untuk atas dasar kepopuleran sebagai langkah politik, yang mana wacana perbicangan public tentang politik sendiri tengah mencapi puncak yang meminggirkan factor budaya, pendidikan dan lainnya sebagai bahasan public kini.
Tentu akan menjadi masalah serius tersendiri bagi Indonesia jika wacana berpolitik sendiri tanpa di imbangi dengan pembahasan isu social yang esensial lain seperti budaya, pendidikan dan kesehatan yang juga harus dominan sebagai pembahasan pubilk.
Ukuran bagaimana politik saat ini telah menggerakan ruang-ruang public secara dominan yakni menjalarnya relawan-relawan politik yang masih jauh baik pilpres maupun pemilu 2024.
Akar rumput sudah hangat membahas estafet politik melalui peran relawan yang mereka akan bangun sedini mungkin. Disisi lain parpol juga semakin banyak diperkirakan yang mengikuti kontestasi politik nanti, yang artinya dominan politik itu masih naik grafiknya di dalam demokrasi indoensia.
Yang mana, semakin banyaknya relawan potensial capres 2024 seperti relawan Anies Baswedan yang sudah menjalar ke Maluku, Nusa Tenggra Barat dan sudut-sudut wilayah indonesia lain. Disisi sebelah relawan capres potensial 2024 lain seperti Ganjar Pranowo relawannya juga secara alamiah terbangun lewat social media.
Orang-orang yang berpengaruh seperti perkumpulan "Gus" Jawa Timur yang secara terang-terangan deklarasikan dukung Ganjar Pranowo menjadi bukti tersendiri bahwa tensi politik sudah hangat songsong 2024 nanti. Â Â
Dengan nalar politik sendiri, yang mana tabur-tuai menjadi relasi yang sepadan dengan media yang dibangun mempopulerkan tokoh politik itu di dukung dengan kekuatan relawan dan partai politik.
Dengan bagaimana tercapainya jalan kuasa, apakah benar apa yang dipikirkan kini tentang popularitas tokoh politik saja?
Dapat dikatakan kecintaan pada tokoh itu sehingga menggerakan public berpolitik akan sesuai dengan ekspektasi politik itu sendiri, sehingga berpikir menjadi relawan politik itu bagi public menjadi penting?
Relawan politik, sadar politik itu penting artinya jangan pernah heran dengan hingar bingar apapun termasuk setiap dari apa yang kita lihat sebagai bentuk pengabdian politik itu.Â
Karena seperti yang bukan hanya menjadi bukti kini, tetapi dari yang sudah banyak orang jalani: kemurnian tetap hanya sebagai ilusi mimpi manusia termasuk berpolitik itu.
Sayangnya mimpi terhadap politik itu residu, tetap yang dikejar adalah bentuk-bentuk kenikmatan sebagai manusia secara actual menikmati jalan kuasa bagi mereka yang memang memegang kekuasaan termasuk politik.Â
Apalagi yang kini banyak orang katakan sebagai penyelamat dari ranah politik, bahkan apapun penafsirannya selain politik juga diyakini sama saja.
Jika kita berbicara politik tentu sudah biasa dengan usaha pencitraannya, modalnya, bahakan juga membuat gagasan-gagasan yang diinginkan masyarakat sendiri meskipun hasilnya dalam hal ini: "nol".
Seperti yang sudah-sudah mereka-mereka yang berpolitik sebagai jalan kuasa bukan pengabdian semata terhadap public dengan masih banyaknya kasus-kasus korupsi di dalam sebauah kekuasaan politik atas nama panggung pemerintahan.
Berpolitik itu memang bentuk dari kerja dan hasilnya harus membuat nikmat mereka dan itu bukan suatu beban suatu kebijakan social. Tetapi bentuk dari suatu pencapaian bahwa tabur-tuai menciptakan relawan poitik tentu ada hubungannya dengan jalan kekuasaan dan relawan politik itu alat yang menjanjikan bagi para politikus di dalamnya.
Apakah alat itu akan trus digunakan saat mereka berkuasa? Artinya akan dapat kue kekuasaan itu hal yang tidak tahu atau pasti? Tetapi apa, dalam basa-basi politik, bukankah itu juga berlaku seperti yang sudah-sudah, bawasannya relawan politik pun bisa mengisi jabatan strategis tertentu kekuasaan seperti menjadi komisaris BUMN dan lain-lainnya?
Tentu seperti budaya pekiwuh, siapa yang berperan besar harus dibagi kuenya kekuasaan. Dan politik Indonesia sepertinya sudah biasa begitu. Bagi-bagi kue terhadap relawan pun menjadi pasti.
Tetapi kembali yang elit-elit sebagai relawan itu, yang biasanya mendapat jabatan dari nilai tukar kuasa. Bagaimana yang akar rumput? Ya begitu sebagai tombak dari wacana politik, dibenturkan satu sama lain, yang tak berkesudahan tetapi "Zonk" dalam upaya kebagian kue kekuasaan.Â
Kita harus ingat narasi Cebong dan Kampret bahkan kadrun sekalipun 2019 lalu. Itu buah dari benturan wacana politik satu sama lain di akar rumput yang mana mereka hanya kebagian menjadi tameng politik dari bawah untuk kalangan bawah.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H