Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesulap Merah, Gus Samsudin, dan Titik Mati Perdukunan

30 Juli 2022   15:48 Diperbarui: 30 Juli 2022   19:41 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu kata yang seharusnya dipegang oleh setiap orang adalah akal sehat. Maka ketika ada kesempatan berpotensi terhadap suatu kebingungan dari penyakit, guna-guna, teluh, santet dan sebagainya bukan dukun yang utama diajukan sebagai solusinya.

Melihat bagaimana pola masyarakat Indonesia. Karena memang sebelumnya membudaya melihat dan mempercayai hal yang gaib atau semacamnya. Secara penuh apa yang dipercaya itu tidak bisa dipertanyakan dengan nalar menjadi keharusan dari anggapan.

Tidak heran jika praktik perdukunan yang lekat dengan gaib tersebut. Kenyataannya jarang disentuh keabsahannya, ditambah jika di bumbui dengan atruibut-atribut agama tertentu.

Tentang kebasahan dari dukun, ini jelas bukan menyinggung dukun bayi, dukun penganten dan dukun pijat lainnya. Seperti diketahui bersama, isitilah dukun memang sudah terbiasa disebut sebagai kata kerja atau lekat sebagai profesi di telinga orang Indonesia.

Dukun bayi, pengantin, dan pijat merupakan ketrampilan atau istilahnya "skil". Dimana orang-orang dengan keahlian tertentu, dijaman dulu juga di sebut dukun atau penyembuh yang kini akrab di sebut dengan tabib atau semacemnya.

Membedakan dukun, mungkinkah dukun yang memang bergelut dengan gaib seperti bermain santet, jimat, guna-guna, dan lain sebagainya seperti menawarkan jasa semar mesem  memikat lawan jenis. Selain itu barang seperti jimat berkhodam untuk jaga-jaga sebagai penangkal gaib.

Semua itu bisa dibuktikan secara nalar keilmuan yang ajaib, bukan trik-trik pemikat penasaran akan orang-orang yang percaya hal-hal seperti itu?

Pada kenyatanya hal gaib itu memang ada. Seperti udara, keberadaannya tidak bisa dilihat tetapi bisa dirasakan sebagai penyambung nafas manusia untuk hidup.

Artinya energy juga merupakan kegaiban itu. Oleh karena itu, jika kita percaya gaib, tidak ada yang salah akan hal tersebut.

Akan tetapi dengan barang-barang yang bertuah seperti keris, batu, cincin dan lain sebagainya yang ada penunggunya, apakah itu dapat di percaya begitu saja ditambah itu diperjualbelikan sebagai hal yang ajaib?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun