Aksi massa 1812 adalah buntut dari status Rizieq Shihab yang dijadikan tersangka oleh kepolisian atas kasus  melanggar protokoler kesehatan pasca dirinya pulang dari Arab Saudi.
Seperti diketahui Rizieq Shihab dituding mengumpulkan massa di Petamburan Jakarta saat DKI Jakarta sedang melakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Sekala Besar. Rizieq Shihab menggelar hajatan anaknya dan mengelar acara maulid nabi yang disitu menyebabkan krumunan banyak massa.
Selain itu Aksi 1812 juga merupakan suatu "aksi" menuntut keadilan pasca 6 anggota FPI tewas atas insiden bentrok dengan kepolisian di jalan Tol Cikampek beberapa waktu lalu.
Untuk itu, apakah berbagai aksi massa yang dilakukan oleh pendukung Rizieq Shihab akan dapat mengintervensi upaya hukum yang ada saat ini?
Walau dimotori kelompok-kelompok yang membuat aksi 212 pada 2016 silam, sejumlah pengamat pesimistis bisa memberi dorongan untuk membuat kasus Rizieq Shihab terhenti.
Sosiolog dari Universitas Andalas, Indradin, menilai anggapan itu bisa muncul karena persoalan yang diangkat dalam aksi tersebut tidak mewakili kelompok Islam secara umum seperti pada aksi 212 silam yang terkait perkara dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kala itu Gubernur DKI Jakarta.
Oleh sebab itu menurutnya, sulit untuk mengatakan bahwa suara dari kelompok FPI cs itu mewakili umat Islam secara keseluruhan di Indonesia. Hal ini tentu berbeda dari aksi demonstrasi yang digelar berjilid-jilid untuk mendesak aparat hukum memproses Ahok empat tahun silam.
Meskipun demikian, Indradian sendiri tidak dapat dipungkiri bahwa suatu kelompok biasanya akan memiliki ikatan emosional antarsesama. Apalagi, saat ini pimpinan yang mereka sebut Imam Besar "Rizieq Shihab" terjerat kasus hukum.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H