Sebagai politikus yang mempunyai jiwa seni tinggi dan sadar kebudayaan, tentu peranan Dedi Mulyadi dalam berpolitik sangat berbeda jauh dengan politikus-politikus lain yang hanya mengincar jabatan.
Saya memang tidak sedang membandingkan Dedi Mulyadi mantan Bupati Purwakarta yang saat ini menjadi anggota DPR RI dengan Fahri Hamzah politikus Partai Gelora yang kini sedang tenar menuai banyak  kritik dari warganet.
Tentu peranan Fahri Hamzah dalam semesta wacana politik indonesia yang gemar mengkritik pemerintah Jokowi, kemudian mendapat simpati masyarakat.
Tetapi ketika dibenturkan dengan kekuasaan politik partai gelora, Fahri Hamzah lari dan tidak konsisten sebagai seorang politikus pengkritik pemerintah Jokowi.
Fahri Hamzah lemah dalam idealisme akhirnya Partai Gelora disinyalir gabung dengan pemerintah Jokowi membuat kekecewaan banyak simpatisannya, yang dulu ketika garang mengkritik berbagai kebijakan pemerintah Jokowi.
Memang jika diruntut dari dasar itu sendiri. Semua politikus mempunyai visi dan misinya dalam berpolitik itu adalah kebenaranya.
Tetapi dengan visi misi tersebut, mungkinkah sebagai politus tidak boleh sadar kebijaksanaan dari cara mereka berpolitik demi untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik?
Terus terang karena menjajikannya peranan politik saat ini, hingar bingarnya kekuasaan, ketenaran, bahkan kesejahteraan membuat politik sebagai marwah membela rakyat-rakyat kecil kini menjadi kompetisi mencari jabatan dan kekuasaan saja.
Tidak salah memang jika melihat beban dari demokrasi kini pada saat akan maju sebagai calon pemimpin baik di pilkada, legeslatif, atau pun presiden sekalipun. Semua butuh biaya yang tidak sedikit dan perjuangan yang tidak kenal lelah menaiki tangga politik untuk dipilih rakyat.
Tentu terlahir dari mana seseorang yang terjun dalam politik, semua dapat di rutut genologinya. Bawasannya dalam mereka berpolitik, apa yang menjadi tujuan mereka sebagai seorang politikus memang dapat diruntut oleh tindak-tanduk mereka sendiri saat berpolitik.
Seorang aktivis politik yang dulu sering melalukan demo, tidak jarang mereka menginginkan duduk di kekuasaan seperti halnya Budiman Sujatmiko, Fadli Zon, Adian Napitupulu dan lain sebagainya termasuk Fahri Hamzah.