Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersosial itu Berbicara Rasa

15 Agustus 2020   09:22 Diperbarui: 20 Agustus 2020   13:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: bixbux.com

Di keheningan pagi hari ini aku telah membawa diriku pada kerinduan yang dalam. Hari-hari seorang yang sedang genting melihat hidupnya sendiri. Selalu saja terbentur keinginannya yang tertahan.

Tanpa aktivitas yang ada. Orang-orang sepertinya tidak akan pernah ada bahan cerita. Untuk memulai kehidupannya--- itu sudah jelas. Jika seorang penulis, ia tidak akan dapat melanjutkan sebait tulisannya. Itulah mutlaknya keadaan. Karena apapun keadaan adalah bentuk dari cerita-cerita yang layak untuk dibagikan.

Memang sesuatu yang terbebani akan memunculkan perkara-perkara baru dalam pikiran manusia yang rumit. Tidak untuk digubah. Bahkan naasnya diri dari kata semu, megelegar jauh dalam kegemaan itu dari kejauhan.

Seraya merayu untuk berdamai dengan keheningan pagi. Dimana-mana aku melihat arah kebingungan yang sama dengan orang lain. Sejalan dengan pendapat orang-orang miring itu. Aku memang tidak akan dapat sejalan dengannya.

Entah mengapa aku seperti ingin berteriak penuh sesak. Dimana selalu saja aku tidak bisa menerima apa yang sedang aku rasakan dalam dilema kenyataan. Sebab dengan dilema diri selalu saja menunjuk. Andai aku dapat seperti itu. Mungkin dalam bayangan, aku akan bisa seperti dia.

Sesekali arah memang harus ditunjukan jalannya. Apakah memang betul seseorang tidak akan punya kekurangan sedikitpun? Inilah suatu dilema itu, bawasanya untuk menampilkan, apakah kita harus memperkenalkan diri tanpa kita sadar diri "kita" terlebih dahulu?

Segala sesuatu yang telah mereapuh. Selalu saja beban pikiran itu ada bagi manusia. Karena beban pikiran tidak mungkin akan dapat kita lepaskan sebagai manusia. Sebab selalu saja, ia memulai, apa yang ingin ia mulai untuk mengawali hidup.

Perkara lain memang aku tidak mengerti. Rasanya kali ini aku sedang bingung terhadap rekanku satu itu. Dalam setiap apa yang menjadi wacananya, yang tiada habisnya menjadi perbicangan. Kemana sebenarnya arah dia akan bertujuan?

Mengapa dia yang katanya paham akan agama, paham akan pengetahuan, paham akan moralitas, nyatanya tetap saja. Sama sekali ia tidak paham ilmu rasa, yang harus ia bangun sendiri bersama dengan ketinggian intelektualitas pikirannya.

"Saat manusia akan menjadi sosial. Tidak mungkin akan menjadi "diakui" jikalau apa yang namanya sebuah kerakusan itu menjadi prioritas dalam laku menjadi dirinya. Semangat berhubungan dengan sosial, nyatanya tidak segampang dikenal apa lagi tanpa adanya perbuatan".

Sebab dalam perkenalan sosial. Orang-orang tidak akan melihat seberapa baik dirimu. Seberapa cerdas dirimu. Kemudian seberapa kau ingin diakui itu dengan nama besarmu. Menjadi sosial sangatlah kompleks, ia menyeluruh dari dasar yang kita tidak sadari. Sebagai sebuah penilaiaan yang menetukan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun