Mungkin memang pada kenyataannya kisah romansa selalu selalu saja mengundang tanya karena manusia selalu tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri, yang pada akhirnya selalu menumpahkan segala sesuatunya kepada orang lain tanpa dirinya tahu apa yang benar-benar dirasakannya.
Kepekaan dalam kisah romansa pun seperti arogansi yang benar-benar maunya untuk dimengerti saja tanpa bisa mengerti orang lain juga pada akhirnya satu dari banyak manusia.Â
Karena rasa dan saat-saat manusia sedang dalam kondisi seperti apa tidak pernah kita tahu, apakah orang tersebut sedang dalam keadaan suasna hatinya yang buruk atau dengan ketakutan-ketakutan lain menjadikan arogansi tersebut nyata adannya menjadikan sebuah dalih untuk dimengerti orang lain tanpa mengerti dirinya sendiri terlebih dahulu.
Apakah ada sebuah kepekaan untuk manusia ini mengerti tanpa sebab? Mengerti solusi teka-teki semua manusia dihadapannya yang kecewa atas dirinya tanpa diungkapkan itu? Ini sebuah pencerahan untuk orang-orang yang paling tertutup, keras kepala, berani dan misterius. Manusia dan rasa ingin dimengertinya adalah kehendak akan berkuasa atas manusia lain yang pada akhirnya tidak dewasa dan mampu mentoleransi dirinya sendiri.
Seperti ungkapan filsuf Jerman Friedrich Wilhelm Nietzsche: "Tidak ada lainnya---- kamu sendirilah juga kehendak untuk berkuasa ini, tidak ada lainnya". Maka dari itu jika memang ujungnya hanyalah kehedak untuk saling menguasai dengan adanya tafsir kepekaan yang terus digelorakan meskipun dalam hubungan romansa sendiri mungkin benar adanya adalah sikap untuk di istimewakan dalam kuasa sebagai sesame manusia.
Kisah romansa dan sebuah jejak yang sulit untuk dimengerti, jelas disini saya dengan penuh kesangsian itu mempersepsikan bagaimana cara manusia mengartikan sebuah kepekaan yang harus dibaca orang lain hanya sampah perasaan jika tidak diungkapkan. Bahwa persepsi dari geraknya keinginan untuk dipekakan isi hatinya, ataupun dengan berdiam itu sendiri akan saling bertentangan satu sama lain. Ukuran besarnya tetaplah bersuara, yang pada intinya berbicara untuk sebuah perubahan yang sama-sama diinginkan tanpa berkonflik dan berdrama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H