Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia Pendiam Menderita?

24 November 2019   12:09 Diperbarui: 27 November 2019   22:04 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : kaskus.co.id

Harus diakaui "terdiam" mungkin merupakan sesuatu yang membosankan, tetapi ketika kita sama-sama bingung apa yang harus ditanyakan, bukankah diam itu jalan tengah terhadap apa yang mungkin tidak harus diungkapkan sebagai pembicaraan itu didalam krumunan? Saya kira semua orang ingin situasi yang hangat, bersahabat, dan tentu membangun obrolan saling mengisi satu sama lain, supaya hidup dalam krumunan itu tidak garing dan membosankan.

Namun menjadi manusia pendiam, seyogyannya memang harus belajar dengan percaya diri untuk berbicara apa yang ingin dibicarakan, baik suara dari dalam hatinya, maupun dari pikirannya sendiri. Manusia pendiam merupakan kepribadian yang kompleks, disisi lain ia nyaman dengan hanya mendengarkan, dilain sisi ia ingin berbicara dengan begitu hikmatnya. Semua manusia pendiam bukan berarti mereka tidak mampu mencerna obrolan, tetapi mereka tahu, obrolan yang bagimana dia harus berbicara? Tidak semua apa yang ingin disampaikan manusia pendiam dimengerti juga oleh krumunan.

Sesekali waktu manusia pendiam memang harus bicara disaat ia butuh akan interaksi didalammnya meskipun orbrolan itu akan absurd pada akhirnya. Tetapi menjadi manusia pendiam, itu bukanlah keinginan, bukan pula harapan, apa lagi menjadi cita-cita sebagai manusia pendiam; "jelas disini saya katakan menjadi pendiam adalah kutukan kelahiran". Mungikin akan menjadi benar kata-kata berbentuk doktrin disana, yang mengesankan bahwa diam itu; "keren", bahkan tidak sedikit yang mengungkapkan diam sama dengan "emas".

Saya kira menjadi pendiam; "keren" karena ia mampu untuk tidak berbicara, padahal: ia juga ingin bergabung dalam pembicaraan itu agar tidak terdiam didalam kerumunannya. Tidak peduli gender, manusia pendiam akan sama saja apapun gendernya, tidak wanita, tidak pula pria, mereka sama-sama menderita sebagai pendiam, karena hasrat berbicaranya yang tidak terungkapkan bersama dengan krumunannya itu.

Menjadi manusia diam, sebenarnya ia menjadi orang yang tidak pernah akan diam jika; mereka telah menemukan pembicaraan yang mereka ketahui dan bersama dengan seseorang yang tepat energi dan vibrasinya. Sebenarnya didalam otak dan hati manusia pendiam selalu saja mempertanyakan, bahkan mendengarkan dengan mengkomunikasikan, banyak dari mereka sedang berbicara dengan dirinya sendiri, untuk itu mereka menjadi manusia pendiam dengan segala kelebihan dan kekuaraangan mereka.

Berbicara dengan dirinya sendiri adalah lawan bicara yang saling mengerti bagi manusia pendiam, tetapi berbicara dengan diri sendiri hanyalah akan menjadi pertanyaan diwaktu berikutnya, sudahkah jawabannya sama dengan manusia lain pada akhirnya? Untuk itu memilih berdiam dan mendengarkan merupakan cara itu, sebagai bahan obrolannya dengan dirinya sendiri. Pendiam selalu mencari makna apa yang didengarkannya, meskipun ia sendiri tidak begitu maksud apa yang menjadi pokok bahasan tersebut, tetapi percayalah pendiam akan bertanya pada saatnya.

Sekiranya dan apa tujuan dari pembicaraan mereka di dalam krumunan tersebut? Tentu karena menjadi diam dalam keasliannya, ia tidak paham, karena itu pendiam sering tidak nyambung kalau diajak  bicara, karena didalam diam itu, ia juga sedang berbicara dengan dirinya sendiri untuk memahami dirinya sendiri, bagaimana caranya untuk paham dengan obrolan yang tidak dipahaminya itu, untuk menjadi manusia umum tanpa diam?

Terdiam bukan saja karena mereka tidak tahu pembicaraan, mereka juga sungkan pada jawaban yang mungkin akan terlihat aneh dikala; "pembicaraan dalam krumunan memang tidak cocok dengan dirinya bersama pengetahuannya". Tentang apa yang diketahuinya, terkadang manusia pendiam tahu apa yang tidak diketahui krumunan, oleh karena itu mereka terkesan seperi orang cerdas, padahal ya tidak "cerdas" juga. Mereka pendiam hanya linglung saja (bingung) menempatkan diri bagaimana bicara dengan cara yang menyenangkan, pendiam berarti kaku, dan setiap manusia pendiam adalah manusia yang kaku.

Tetapi kebenaran dalam menjadi diam sesungguhnya adalah penderitaan; kediaman sebagai manusia berarti sama halnya keterasingan, ia terasing dilingkungannya sendiri, oleh karena itu ada type-type  manusia pendiam.  Rata-rata pendiam juga pemalu, namun apapun itu, pendiam merupakan sebagain besar dari mereka yang tidak terlalu percaya diri, untuk berbicara didalam kerumunan yang berbeda setiap topik pembicaraannya dengan apa yang diketahui dirinya.

Saat kau tahu hidupmu ini salah satu dari pendiam itu, tetaplah, ketahuilah apapun yang menarik ingin kau ketahui. Pendiam: pengetahuan yang kau inginkan adalah pengetahuan yang kau butuhkan. Jika dengan pengetahuan itu kau terasing didalam lingkunganmu karena kau berbeda, tidak tahu, cenderung diam, dan perbuatanmu yang hanya mengundang sebatas itu saja, tetapi menjadi pendiam; "buatlah nyaman dulu terhadap dirimu sendiri terlebih dahulu".

Sebagai sifat, kita memang bukan lain sebagai manusia, kini begini saja; bagimana jika semua orang adalah sama? Mereka suka berbicara semuanya, siapa yang akan mendengarkan dan siapa yang akan diam? Bukankah sikap dan sifat sudah diatur sebagaimana angka kelahiran itu dilahirkan oleh manusia? Inilah derita dan anugrah itu didalam sebuah kediaman. Tentang kurang dan lebihnya sikap itu, biarlah menjadi bahan orang-orang untuk mengerti sebuah perbedaan dari sisi lain kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun