Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rokok, Gaya Hidup, dan Kemiskinan

8 Juli 2019   20:08 Diperbarui: 10 Juli 2019   06:50 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar; erabaru.net

Untuk lepas dari ketergantungan merokok diperlukan mengendalikan pikiran dari dalam diri. Saya mengira rokok bukanlah hal yang candu. Tidak ada yang candu di dunia ini, karena semua dapat di hindari asal ada ke mau-an sebagai jalan.

Dampak nyata dari merokok, salah satunya  adalah perokok mampu tenang pikiranya setelah merokok. Ketenangan itu di dapat dari nikotin yang merupakan racun bagi saraf, kata para "penentang rokok" yang masih berkeliaran disana.

Saya pernah membaca artikel mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh nikotin itu sendiri, salah satunya merusak sel otak manusia. Mungkin kerusakan sel otak itu membuat tenangnya pikiran perokok.

Jika rokok membuat kecanduan seorang perokok, jelas tidak akan pernah bisa manusia berhenti merokok, jika itu tidak dimulai dari dirinya sendiri dulu untuk berhenti merokok.

Saya dulu juga seorang perokok berat, namun saya mampu hampir kurang lima tahunan terakhir ini kadang bisa merokok, kadang pula tidak tergantung situasi.

Saya kira kebanyakan seorang perokok tidak bisa mengendalikan pikiranya sendiri, itulah sebab mengapa dia tidak bisa berhenti merokok, bahkan menguranginya sedikit sejenak lepas dari kerergantungan rokok.

Pikiran mereka masih terprogram pandangan umum tentang rokok, kalau tidak merokok rasanya asam lidah , saya berpendapat itu merupakan pandangan umum dari seorang perokok saja secara subyektif dan sama sekali tidak obyektif.

Jika perokok punya keyakinan pribadi bahwa; rokok dapat membuat ketenangan sudah terbukti secara ilmiah memang, pasti ketenangan yang di dapatkannya di karenakan pada saat seorang perokok merokok, sel otak sedang dirusak oleh nikotin yang terkandung di dalam rokok, setidaknya itu kata penelitian dalam artikel yang saya baca.

Meskipun kontradiksi antara bisnis rokok dan lainnya sering dikait-kaitkan dalam berbagi opini frontal ini. Terlepas dari kepentingan bisnis atau pun "apa pun itu", saya mengira kebijakan mengenai kenaikan harga rokok untuk menekan jumlah perokok kurang mendasar.

Justru jika kebijakan ini dilakukan akan semakin banyak orang miskin bukan hanya di kota tetapi di desa. Harga yang ditetapkan pemerintah saat inipun punya andil memicu kenaikan angka kemiskinan, jika dilihat dari harga dan pendapatan pekerja yang merokok saat ini.

Banyak perokok yang belum berhenti, dan memilih membeli rokok dari pada memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar. Kebanyakan seorang perokok belum mampu mengendalikan pikiranya untuk supaya berhenti merokok dan mementingkan kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu sebelum rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun