Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kearifan Manusia Desa di Pinggiran Kali Serayu

23 Juni 2019   09:45 Diperbarui: 24 Juni 2019   09:56 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Cerita yang menggoda saya malam itu, memancing sebagai upaya membunuh waktu bagi seorang yang sengaja menganggur sementara seperti diri saya. Ada kalanya istirahat, menepi, untuk menikmati hidup di pojok pedesaan, terasa sangat menyembuhkan hati, lepas dari beban semua beban pikiran. 

Terdengar dari jauh, di sudut obrolan rumah tetangga, Kali Serayu dengan sejuta biota makhluk hidup di dalamnya, kaya akan ikan, udang, pelus dan sebagainya, terkadang juga ada ikan-ikan laut terdampar di sana.

Menjadi dialog pembuka, ada cerita asyik dan menarik di YouTube, bagaimana dengan bangganya seseorang main di kali, di sawah, "ia mendapat makhluk buruan, yang digunakannya untuk lauk saat makan nanti", seperti ikan, belut atau pelus kali yang sangat besar dan panjang, mengutip "Mancing Mania", Mantap! 

Rencana kami, esok akan mencoba mencari peruntungan yang ada, siapa tahu, akan dapat ikan atau udang besar di kala nasib sedang bagus-bagusnya.

Sewajarnya di desa, apapun ada, jika mau mencari dan mengusahakannya, apa yang diinginkannya akan didapatnya, tentu lauk untuk makan, bukan bongkahan emas dan segudang uang. 

Saya kira pedesaan kini bukanlah dahulu, sudah jarang ditemukan ikan di kala pasca banjir di kebun belakang rumah. Seingat saya dahulu, banyak sekali ikan kating, wader, betik dan sepat-sepat, yang menghinggapi bekas injak kaki seseorang di kala banjir datang.

Dahulu banjir adalah berkah, di samping merana rumah terendam air, tanaman petani hancur, bahkan ada yang sampai merusak insfratruktur, seperti saluran-saluran air yang di bangun tetapi menutupi jalannya air banjir, akhirnya dijebol supaya air tidak tertahan dan berhenti tinggi di rumah warga. 

Beruntungalah rumahku yang agak tinggi itu, jarang terendam kala banjir datang. Tetapi berkah pasca banjir-pun tidak terukur beruntunggnya, ikan, pasir, dan kayu-kayu selalu ditunggu pasca beberes rumah dari lumpur akibat banjir, dan itu luar bisa banyaknya.

Perubahan itu, mungkin ikan dan bajir hanyalah menjadi ingatan masa lalu, tentang romansa hidup yang hinggap di ruang obrolan, ketika berkumpul bersama teman-teman sebaya. 

Kini romasa itu jarang terjadi, bahkan ikan kating di sawah pun rasanya dilihat sedikit sekali, tidak seperti dahulu, terlihat bergerombol di saluran air irigasi tengah sawah, dibedung lalu menjadi milik, adalah cara kami mempagari Ikan, yang akan menjadi buruan kami sebagai santapan makan nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun