Politikus veteran saya kira juga gagap dalam mengagas ide-ide tentang zaman baru, yang tertinggal dari mereka "poltikus" yang lebih muda-muda dan memahami kebutuhan gagasan setian zamannya? Inilah yang menjadi pertanyaannnya kita semua, pemilih dari setiap kontestasi politik, sudah legowo kah  politikus veteran menepi, mendharma baktikan diri bagi bangsa dan Negara, sebagai guru saja "negarawan"?
Para kader PSI atau Partai Soloderitas Indonesia seperti Thasmara, Greace Natalie atau Gubernur Jakarta "Anis Baswedan", Presiden Jokowi satu periode lagi , AHY, Ahok, Sandiaga Uno, dan lain sebagainya, dengan lebel politikus muda, harus diberikan ruang secara luas dalam berpolitik.
Politikus veteran yang dulunya adalah mereka-mereka yang mendirikan partai politik, harus legowo memberikan kendalinya, kepada politikus yang muda-muda saat ini. Untuk supaya kebaruan wacana semesta baru politik, dalam gagasan, maupun tokoh politik, tercipta di Indonesia masa depan.
Indonesia sendiri adalah negara republik, demokrastis, bukan kekuasaan negara yang kini ada dalam genggaman partai-partai dinasti kepemilikan saham terbesar partai saja. Semua orang yang berkompeten layak menjadi ketua umum partai. Layak pula menjadi Presiden masa depan "jika dia, yang dipilih oleh rakyat".
"Oleh sebab itu, mereka "politikus" yang sudah veteran harus moksa politik, menepi dari dunia politik, sebagai guru saja yang bijak, ketika politikus muda-muda ini kehilangan arah, atau buntu dalam mengartikulasikan politik ke-Indonesiaan, yang secara garis besar diajarkan politikus-politikus masa lalu, sebelum politikus veteran saat ini".
Bagaimanakah dengan Prabowo sebagai Capres dan tokoh veteran yang kemarin ikut dalam kontestasi wacana Pilpres 2019, baik sebagai pendukung paslon, atau maju dalam kontestasi politik? Mereka pun harus legowo, jika panggung-panggung politik di isi oleh mereka para tokoh muda masa depan.
Terhitung pula dengan kekalahan Prabowo dalam Pilpres 2019, yang dua kali ia mencalonkan, dua kali pula ia "gagal" tidak terpilih sebagai Presiden.Seperti yang di ungkapkan Cawapres Prabowo "Sandiaga Uno ", menanggapai gugatan sengketa ke MK pasca Pilpres, dengan dalih kecurangan. Sandi mengatakan, "Gugatan ke "Mahkamah Konstitusi" pasca Pilpres, bukan mempersoalkan pihak yang kalah, dan yang menang, tetapi hukum yang berkeadilan dari negara".
Dalam hal ini, jika Pilpres sama-sama curang, dan juga tidak ada kecurangan dari kedua kubu, lalu pemilu sah, dan diakui negara, praktis Jokowi-Maruf terpilih, dan akan di tetapkan secara mulus sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019 secara konstitusional.
Memang tidak ada batas untuk mencalonkan diri sebagai Presiden walau sudah veteran bagi Prabowo Subianto memandang pilpres 2024, seperti "Mahathir bin Mohamad" perdana mentri Malaysia yang terpilih umur 92 tahun, skaligaus menjadi pemimpin tertua dunia saat ini.
Tetapi "Prabowo" apakah tidak "pekiwuh" atau mempunyai sikap rikuh pada tokoh muda, dengan egoisnya tetap mencalonkan Presiden tanpa memandang tokoh muda, yang menginginkan panggung bertarung sebagai Capres disana tahun Pilpres 2024 nanti?
Memang, sebagai veteran politik yang bijaksana, Prabowo haruslah moksa dari dunia politik, memberi ruang bagi anak muda "politikus masa" depan disana, yang mulai naik pamornya masuk dalam dunia politik Indonesia saat ini. Pilpers atau pileg 2024 adalah pangungnya politikus muda, dan politikus veteran pensiun duduk manis saja dirumah, sebagai guru politik mereka "politikus muda" termasuk Prabowo Subianto.