Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Lajang" Sebagai Sangsi Kebudayaan?

16 Juni 2019   09:09 Diperbarui: 8 Juli 2019   22:23 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari: pixabay.com

Malam minggu yang kemilau, disudut sana terdapat hiburan dari pelajar Desa yang diadakan rutin setiap tahunnya. Saya lihat tadi sepulang dari apotik membeli obat untuk Bapak, terlihat akan ramai, karena acara itu bertempat di pelataran kantor Desa yang berada tepat di tengah wilayah Desa. 

Saat saya masih remaja, ada hiburan seperti ini selalu menjadi hal yang tertunggu, sudah berpikir jauh-jauh hari apa yang akan dilakukan. Namun usia saya tidak dapat membohongi diri saya, seperti ada kecanggungan melihat sosok Ayah dan Anak berdiri di jalan depan sana akan menonton. 

Saya menjadi berpikir, apakah Anak dan Istri merupakan alasan kita untuk lepas tanpa canggung menjadi bergairah kembali menikmati dunia hiburan yang akan tersaji?

Sosial, ungkapanya memang mudah, tetapi ada hal yang tidak dapat kita lupakan bahwa; sosial mempertanyakan diri kita untuk sama dengan mereka termasuk, "membangun kesosialan itu sendiri lewat bangunan keluarga".

Saat yang lalu, ketika lebaran tiba, sodara mempertanyakan hidup saya, "tidak lebih "ia" mempertanyakan hal yang umum, sudah usianya, memang saya tidak ingin menikah? Ungkapnya. 

Tetapi disini jelas, siapa yang tidak ingin menikah dengan kesempatan ekspresi diri yang begitu akan meluas lagi. Saya melihat, semua orang juga menginginkannya "sebenarnya", bukan apa, menikah adalah prodak kebudayaan di balik hasrat kenikmatan dari reproduksi.

Harus tidak dapat untuk ditampik, seseorang yang telah berpisah karena ada permasalahan yang tidak dapat dipecahkan keluarganya, sehingga seseorang itu melepas satu-per satu anggota keluarganya pernah bilang. "ya bagaimana, ketika titik temu itu tidak saling bertemu, dari kesepakatan cinta yang berujung pada benci, munculnya kehidupan bersama untuk dilepas pun menjadi solusi yang tidak dapat ditinggalkan". 

Saya pernah mempertanyakaan ini padanya, apa menjadi Lajang Lapuk yang kini disandanangnya, memilih berpisah dengan istrinya, tidak ada kecanggungan nantinya? Bukan canggung tentang bagaimana ia merayu apa yang telah ia sepakati untuk menarik lawan jenis, tetapi kacanggungan akan anak yang harus dibawa pada setiap hubungan barunya itu.

Dan apa yang menjadi pertanyaan, yang tidak habis pikir untuk saya renungkan kembali, pertanyaan saya pada seseorang itu memang tidak datar. Saya belum merasakannya "suatu bentuk pernikahan "secara mendetail,  bentuk  apapun dari pernikahan selalu membuat saya penasaran, saya tanyakan padanya. 

Mungkin tidak sopan harus saya tanya, permasalahan retaknya rumah tangga disebabkan oleh masalah tentang apa? Saya paham, ketika saya mempertanyakan itu, merupakan hal privat yang berat dan pasti enggan ia jawab.

Terpasti pernikahan adalah proyek pribadi untuk hidup bersama, ketika mereka harus berpisah, hanyalah suatu bentuk mereka tidak ingin membangun kebersamaan lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun