Saya kira tidak ada yang berbeda dari hari buruh sebelum-sebelumnya. Demonstarsi, tuntunan dan perayaan jalanan menjadi rutinitas yang terjadi ketika tanggal menunjukan 1 mei. Rata-rata dari mereka yang mengikuti may day atau perayaan hari buruh didominasi oleh para pekerja pabrik yang berdiam di kota-kota besar.
Dengan berbagai tradisi yang umum terjadi ketika hari buruh berserta dengan tuntutan-tuntunan yang mereka wacanakan, saya kira dan yang sudah saya rasa tidak merubah apapun. Meminta upah tinggi, hapus sistem outsorcing dan berbagai tuntutan lain hanyalah utopia belaka. Sampai saat ini tuntutan itu belum menjadi kenyataan juga.Â
Outosrcing tidak mati, malah bertambah subur. Upah masih tetap pada regulasi pemerintah, yang diberlakukan perusahaan tetap mengacu upah minimum regional. Menjadi karyawan tetap juga suatu ilusi, tidak merambah ke setiap buruh khusunya buruh perusahaan outsorcing baik swasta, BUMN Maupun Pegawai Negeri.
Berbagai interpretasi yang muncul, dan literasi yang menerangkan bahwa setiap profesi adalah buruh umum terjadi di dalam pembahasan wacana semesta buruh. Tetapi apakah ini tidak bermakna ambigu ketika semua profesi merasa diburuhkan? Menjadi pertanyaan mana yang benar-benar buruh yang patut untuk diperjuangkan nasibnya?
Saya kira tuntutan hari ini adalah untuk mereka para buruh pabrik yang jumlahnya besar dan telah kuat dalam berserikat. Umumnya yang berdemo hari ini pun mereka yang telah menjadi buruh tetap pada pabrik-pabrik dimana mereka bekerja. Ya, hari buruh hari ini adalah tidak ubahnya hari perayaan ulang tahun manusia yang tetap "usia" tidak dapat membohongi. Jadi tidak ada perubahan signifikan pada setiap demo mereka.
Bahkan untuk memperjuangkan sesama buruh pabrik yang junior pun mereka cenderung tumpul. Karena ketika buruh pabrik diangkat menjadi kariyawan tetap dengan lebih banyak kouta, mereka "buruh pabrik tetap" cenderung mempertahankan status quo mereka menjadi buruh "pekerja tetap" pada pabrik tersebut agar tidak terancam. Buruh pabik tetap "senior" terancam karena produktivitas mereka yang kurang dibandingangkan junior yang tenaga dan pemikirannya masih prima layak masuk dunia kopetensi dan kompetisi kerja.Â
Untuk itu ketika "pekerja tetap" mereka keras terhadap perusahaan, posisi mereka tidaklah aman. Suatu saat dapat diberhentikan dan di pensiunkan lebih dini oleh perusahaan. Tumpulnya pada pembelaan hak setiap junior pada pekerja perusahaan baik pabrik atau sektor lainnya tidaklah heran, sebab keuntungan oleh pekerja junior yang diwadahi sistem outsorcing pada dasarnya untuk mereka para pekerja tetap"senior" yang dijamin oleh perusahaan mengenai bentuk setiap kesejahteraannya melaui tunjangan yang mereka terima.
Oleh karena itu sistem outorscing merambah kesetiap lini perusahaan bukan hanya pabrik tetapi juga bentuk-bentuk usaha yang katanya milik negara. Tidak lebih nilai yang lebih sedikit dibayarkan jika memakai jasa perusahaan outorcing tersebut digunakan sebagai nilai dari kelebihannya memfasilitasi kariyawan tetap perusahaan.
Siapa buruh sesungguhnya abad 21?
Kini berbicara buruh, bukan mereka yang dapat sejahtera menjadi buruh itu sendiri. Mungkin narasi atau literasi akan pegawai negri dengan lebelisasi buruh harus dihapus. Mereka kariyawan tetap sejehtera perusahaan  baik swasta maupun BUMN tentu juga bukanlah buruh lagi. Bahkan buruh tani yang upahnya semakin meninggi di desa-desa karena tidak menjadi profesi menarik di masyarakat industri maju pun juga harus dihilangkan dari tinta literasi buruh itu sendiri.
Sejatinya dari dalam ruang kerja kini terpinggirkan oleh sistem itu sendiri. Adalah mereka para pegawai negri honorer dan buruh outsorcing yang pantas untuk diperjuangkan hak-hak mereka sebagai buruh. Bukankah kita dapat mengetahui bagaimana realitas dilapangan kerja sendiri mendiskriminasi mereka?