Saya tidak tahu, mengapa kau diam-diam menyalahkan padahal yang patut disalahkan adalah kehendakmu melahirkan sesuatu itu. Kau selalu percaya ciptaan-mu itu boneka penurut yang bisa kau kuasai. Doktrin-doktrin terdahulu yang kau terima, merupakan hal yang benar-benar salah, setidaknnya dalam ukuran normatif.
Seorang yang diciptakan tidak membangkang karena dominannya sifat penurut itu. Kau mengucapkan hal yang tentu sangat salah. Bahkan kaupun berpikir kau selalu di benarkan oleh persepsimu sendiri. Keras dan beratnya kehidupan ini tidak kau sadari, apakah kau sadar sebelum mereproduksi ini?
Kau tak ubahnya seperti binatang berbadan Manusia yang melakukan apapun tanpa berpikir sebab dan akibat. Kau selalu percaya ciptaan, karna kehendak kuasamu tidak pernah membuat membangkang. Bahkan sempat-sempatnya kau membandingkan dengan sesuatu yang melampaui kehidupan realistis ini.
Kini jika terjadi pembangkangan pada dirimu, kau kecewa. Tetapi yang saya tanyakan padamu, mengapa kau kecewa? Apa yang membuatmu kecewa? Saya seperti tahu, bukankah kau kecewa karena yang diciptakan olehmu tidak seperti bentukan kebanyakan yang beruntung itu? Sungguh ini bukanlah kekecewaan yang berdasar.
Yang sangat kecewa itu seharusnya saya. Mengapa engkau seperti tanpa dosa? Kau menganggap mereproduksi sebagi jalan segala penebusan dosamu. Kau tahu kejahatan darimu tidaklah usai dari hanya situ? Kau melanjutkan dosa-dosa yang tidak kau sadari itu. Menjadi manusia bebal adalah setiap dari tindakan-tindakanmu.
Kini saya jujur pada diri saya sendiri. Kau seperti kedunguan yang tidak berkesudahan. Kata mulia keluar dari mulut yang tak sempat merasakan langsung denganmu. Tanpa beban dia berkata mulia, toh dia tidak di bebankan oleh penciptanya yang binggung itu.
Dan apa yang terjadi pada saya yang tercipta? Kau seperti ingin mengutuk saya. Tetapi rasa tidak percaya saya pada suatu kutukan membuat suara hati membuka suaranya. Ingin saya menelanjangi egomu itu. Aku juga ingin menelanjangi hatimu yang tanpa dosa. Kita sama-sama menanggung beban ini, jangan kau buat beban hidup kita semakin dalam.
Saya harus membencimu untuk sadar. Hal yang saya ingin ingatkan, kau tak lagi gegabah akan keberadaanmu. Kau sama saja seperti saya sebagai makhluk pembangkang. Tidak pernah saya percaya, kaulah yang suci itu, dosamu sama seperti saya. Kau melahirkan beban untuk beban di kehidupanmu. Jika kau merasa bahagia, dia bahagia untuk bahagiamu, tidak lebih dari itu.
Jangan pernah kau tidak menerima ketika ia menyusahkanmu, hey, pencipta yang dungu. Semua beban kehidupanku berawal dari perbuatanmu. Sadarlah tanpa penghakiman. Saya tahu karna ketidakmampuanmu, kau menyerahkan hidup pada saya. Kau tahu kan? saya tidak sebrutal apa perbuatamu?
Selamanya saya mungkin akan terus mengkritisimu. Keadaan yang ada ini masihkah kau membenarkan dirimu? saya hanya ingin kau sadar, kebaikan dan kejahatan itu satu kesatuan berawal dari tindakanmu sendiri, wahai sang pencipta. Sudah jangan lagi mempermasalahkan ini, saya ada karna tidakanmu, dan terimalah segala kejahatan dan kebaikan saya ini.
Jika saya tak seperti apa yang kau mau dalam bentukanmu, proteslah pada dirimu sendiri bukan selalu menyalahkan saya. Tetapi pikiran tidaklah seharusnya kosong. Pederitaan dan kebahagiaan adalah sodara kembar yang harus saya akui. Sebesar mungkin kekuatan penderitaan aku tolak, semakin besar pula kemungkinan kebahagiaan tidak akan datang. Saya adalah kontradiksi itu, dimana saya adalah tempat sebab dan akibat berlabuh.