Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Seperti "Penyair" Kebanyakan Melamun

15 April 2019   19:31 Diperbarui: 20 April 2019   21:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berjalan dengan lelah yang harus di hadapi dalam hidup ini. Melamun sendiri sebagai cara untuk merefleksi diri, bagaimanapun membaca hati sangatlah penting bagi dan untuk diri"

Siang ini angin begitu kencang, awan mendung di atas, mungkin akan memberi arti pada jengahnya hari senin. Saat ini aku teringat kembali, aku teringat dia yang saat itu menelponku. Bagaimanakah kabarmu saat ini? Rasanya aku seperti tidak sadar, apakah kau juga sama seperti aku?

Menunggu untuk mendapat kabar dari hidup kita masing-masing? Tetapi ini sudah menjadi tidak mungkin, kau berkelana dengan orang lain dan aku juga harus mencari orang yang mau berkelana dengan diriku, untuk menatap masa depan menjalani kehidupan.

Beberapa tahun ini aku seperti melampaui keadaan itu. Keadaan di mana rasa cinta absrud membayangiku. Saat itu kau-lah magnet, dimana kau menarik aku dan jiwaku untuk terus menyambangimu. Namun ini terlampau sudah, ini sudah begitu jauh dengan ruang dan waktu kita. Kau adalah perasaan baru saat itu. Apakah kau juga rindu saat itu? Aku tersenyum bersamamu walau itu hanya pada setiap imajinasi-imajinasiku.

Walau senyumku hanya di batinku, tetapi kau-lah pembeda di perjalanan hidupku. Kini aku sadar bahwa, sesuatu tidak dapat di paksakan. Hasil yang tidak sesuai harapan membuat harapan hanyalah sebentuk ilusi dengan sebab. Jangalah engkau mengharap tanpa sama-sama mengharap juga. Komunikasi harapan satu arah hanya akan menjadi residu, bagaimana imajinasi yang suatu saat dapat menghancuran imaji itu sendiri.

Kini memang sudah terlampau jauh. Kau bagaikan burung yang sudah bersayap. Semua orang memandangmu berbeda, ya kau berbeda atas segala pencapaianmu. Dibawah pohon rindang itu aku berseru. Apakah ini kerinduaan untuk kembali? Tidak, aku harus membangun setiap hal yang bisa aku bangun. Karya yang akan aku buat sebagai tanda bukti bahwa, aku akan tetap melanjutkan hidupku.

Oh, aku terlalu diam akan ini, dan kau-pun mulai tak bersuara. Fajar indah muncul menghentak-ku, begitu kencangnya sehingga aku menjadi sangat kaget. Aku sendiri bersama siang yang mendung ini. Langkah baru yang mulai terhenti, mungkinkah untuk aku mulai lagi? Jika aku mulai, aku pun melihatku kini. Ya, tidak ada penawaran berarti dari aku, saat ini aku bak penyair kekeringan sebuah karya yang mencoba mengais suata dari dalam diri.

Kemungkinan baru muncul dari anganku. Keabadianku selalu memilih untuk sendiri. Namun penyatuan hal baru sangatlah mungkin melahirkan sesuatu yang baru. Kau dan aku bersama akan memunculkan yang baru itu. Tetapi kita tidak akan mungkin dapat bersama, aku harus memilih yang lain untuk melahirkan yang baru dari hidupku.

Aku seperti penyair kebanyakan melamun. Aku terbuai oleh hentakan dunia yang semakin keras. Apakah yang disana merasakan geteran yang cukup terasa ini? Seperti kemarin aku hanya duduk untuk mengingat-ingat kembali. Namun semua sudah tidak dapat untuk di ingat-ingat kembali.

Matahari ingin sendiri saja, bulan terkadang menyelip ingin bersamanya. Aku sadari ini, hidup berjalan sendiri bukanlah akhir dari semua ini. Tetapi aku merasa melahirkan yang lebih baik, bersama di itu rasa sangat perlu. Aku adalah keputusanmu dan kau juga keputusanku. Semua pasti memiliki akhir dan kita juga mempunyai awal untuk memulainya kembali walaupun harus bersama yang lain.

Harapan untuk cinta selalu saja berujung menyakitkan, tetapi berharap untuk sesuatu yang baru akan menambah wawasan baru. Berjalan demi cinta merupakan ironi, berjalan demi sesuatu yang baru adalah tragedi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun